Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.
Tarik Pasukan dari Gaza Selatan, Israel Ingin Gempur Hizbullah Lebanon?
Tel Aviv akan menggempur kelompok bersenjata Hizbullah Lebanon, milisi Syiah dan aktor politik penting di wilayah utara Israel.
Editor: Setya Krisna Sumarga
Kekuatan Hizbullah di Lebanon
Hizbullah memiliki kekuatan yang besar di wilayah selatan Lebanon. Mereka mendapat dukungan rakyat dan merekrut banyak pejuangnya dari akar rumput Lebanon.
Mereka adalah aktor politik dan militer terkuat di Lebanon saat ini dan satu-satunya kelompok politik yang tetap bersenjata setelah Perang Saudara Lebanon berakhir pada 1990.
Meskipun serangan Israel terhadap Gaza tidak dapat dikendalikan, Israel lebih berhati-hati di Lebanon, meskipun sebagian dari pengekangan tersebut kini telah dicabut.
Bahkan dengan intensitas yang terbatas ini, beberapa analis yakin konflik tersebut – dan hilangnya komandan lapangan dan pejuang – telah memberikan dampak buruk bagi Hizbullah.
“Hizbullah kini terjebak karena mereka tidak menyadari kesenjangan antara mereka dan Israel, yang kini jelas tidak dapat dijembatani,” kata Khashan.
“Serangan teknologi tinggi Israel membunuh para pemimpin Hizbullah, dan menyerang mereka tanpa mendapat hukuman,” lanjutnya.
Di antara para pemimpin yang dibunuh Israel adalah Ali Abed Akhsan Naim, wakil komandan bagian roket dan rudal Hizbullah, serta Wissam al-Tawil dan Ali Ahmed Hussein, keduanya merupakan tokoh di unit elit Hizbullah, Pasukan Radwan.
Hamas juga menyalahkan Israel atas serangan pesawat tak berawak di pinggiran kota Beirut pada Januari 2024 yang menewaskan Saleh al-Arouri, komandan Brigade Qassam Hamas di Tepi Barat.
Meski kehilangan elitenya secara signifikan, Hizbullah tetap berbicara menantang, dan beralasan segala sesuatunya masih berjalan sesuai rencana.
“Perlawanan (Hizbullah) hanya menggunakan satu persen senjata kualitatifnya. Semua bentrokan yang terjadi saat ini menggunakan senjata konvensional yang dikembangkan kelompok perlawanan,” kata Hassan Ezzeddine, anggota Hizbullah di Parlemen Lebanon, 8 April 2024.
“Sejauh ini keadaan masih terkendali. Musuh tahu jika tindakan ini berlanjut, hal itu akan menyebabkan perang yang luas dan global,” katanya.
Terlepas dari keunggulannya di medan perang, baik di Gaza maupun Lebanon Selatan, Israel menghadapi masalah dalam negeri yang cukup pelik.
“Israel saat ini berada dalam krisis internal dan situasi militernya sulit,” kata Qassem Kassir, analis politik yang dekat dengan Hizbullah.