Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.
Tarik Pasukan dari Gaza Selatan, Israel Ingin Gempur Hizbullah Lebanon?
Tel Aviv akan menggempur kelompok bersenjata Hizbullah Lebanon, milisi Syiah dan aktor politik penting di wilayah utara Israel.
Editor: Setya Krisna Sumarga
Itu sehari setelah kelompok Hamas menyeberangi perbatasan Jalur Gaza ke Israel, menggempur sejumlah target dan permukiman pendudukan.
Serangan sporadic Israel ke Lebanon Selatan telah menewaskan sekurangnya 330 anggota Hizbullah Lebanon, termasuk 66 warga sipil.
Sebaliknya, serangan Hizbullah telah menewaskan 18 orang di pihak Israel, terdiri 12 tentara dan enam warga sipil.
Warga sipil telah keluar dari daerah rawan perang di kedua sisi perbatasan. Pemerintah Israel mengevakuasi orang-orang dari wilayah utara.
Puluhan ribu warga Lebanon menjauh ke utara, meninggalkan wilayah Selatan yang sangat rapuh keamanannya.
Perang tujuh bulan di Gaza bakal memasuki fase baru. Terlebih Israel sepekan lalu menewaskan dua jenderal Korps Garda Republik Iran di Suriah, yang juga memimpin misi di Lebanon.
Perbatasan Israel-Lebanon sejatinya tidak pernah tenang. Kerawanannya sangat tinggi. Konflik bisa meledak sewaktu-waktu meski ada pasukan PBB menjaga tapal batas kedua negara ini.
Israel berkepentingan menjaga warganya yang berdiam di sepanjang perbatasan dengan Lebanon, dan berusaha melenyapkan ancaman Hizbullah.
Sebuah jajak pendapat di sebuah surat kabar Israel pada Februari 2024 menemukan lebih dari 70 persen warga Israel mendukung keterlibatan militer skala besar dengan Hizbullah.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu pun secara terus terang bertekad akan beralih ke front utara sesudah urusan di Jalur Gaza diakhiri.
Hilal Khashan, seorang profesor ilmu politik di American University of Beirut mengatakan, ofensif di Israel utara akan mengubah wajah Timur Tengah.
“Kami tegas dalam mewujudkan perubahan mendasar di sepanjang perbatasan kami dengan Lebanon, memastikan keselamatan warga negara kami dan memulihkan perdamaian di utara kami,” kata Netanyahu di sebuah pertemuan pada Februari.
“Israel merencanakan perang jangka panjang dengan Iran dan proksinya yang bisa meledak kapan saja dan merusak seluruh wilayah,” kata Tannous Moawad, seorang analis keamanan dan purnawirawan brigadir jenderal militer Lebanon.
Hal ini juga dirasakan banyak orang di Lebanon. Kenangan traumatis mengenai serangan militer Israel yang mematikan masih relatif segar. Perang besar Israel terakhir di Lebanon terjadi pada 2006.