Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.
Batu Ujian Penguasa
"Anak-anak adalah cobaan bagi pemimpin dalam menjalankan pemerintahan yang baik"...
Editor: Wahyu Aji
Oleh: Djohermansyah Djohan
Guru Besar IPDN, Pj Gubernur Riau 2013-2014, Dirjen Otda Kemendagri 2010-2014
"Anak-anak adalah cobaan bagi pemimpin dalam menjalankan pemerintahan yang baik"...
Pemimpin yang baik disembah, ditaati.
Pemimpin yang buruk disanggah, dikoreksi.
Pemimpin yang buruk tampak antara lain dari perilakunya yang terlalu "teranak".
Dia menolong anaknya dengan "gila-gilaan".
Meski tak masuk pakem, standar normal di dunia pemerintahan, seperti minim kompetensi, tak jelas integritas, dan miskin pengalaman atau jam terbang, tapi tetap dipaksakan atau disorongkan menduduki jabatan.
Sedangkan mekanisme pemilihan oleh orang banyak penuh dengan rekayasa dan padat "fraud".
Lembaga penyelenggaranya dikooptasi sejak dini, dan pemilihnya yang kurang mampu diguyur aneka bantuan sosial dengan intensif jelang hari pemungutan suara.
Selain itu, konstitusi disimpangi dan diakali.
UU tak dijalankan dengan lurus dan adil.
Berat sebelah ke anak sibirang tulang.
Regulasi yang sesungguhnya patut sekali diterbitkan tak dibuat.
Tampak kasat mata kekuasaan "dimainkan" lewat pengerahan aparat dan manipulasi anggaran negara seperti terekam oleh media.
Keterlaluan kata si Raja dangdut Rhoma Irama dalam sebuah lirik lagunya.
Perilaku penguasa yang menyimpang itu telah disanggah oleh para intelektual pejuang demokrasi di dalam maupun di luar kampus perguruan tinggi di seantero negeri.
Disoroti pula oleh masyarakat internasional.
Namun, dianggap angin lalu.
Dan di sisi lain tentu saja, perilaku penguasa itu dibela mati-matian oleh dayang-dayangnya, kaum penjilat dan penikmat kekuasaan, orang-orang bermentalitas feodal, Asal Bapak Senang (ABS) dan safety player, tak peduli nasib negeri.
Kini, tinggal kita tunggu ketuk palu hakim penjaga konstitusi sebagai kaum negarawan yang berumah di atas awan untuk berani pasang badan mengoreksi penyimpangan perilaku penguasa yang terlalu teranak itu agar kezaliman pemimpin tak dibiarkan, konstitusi tak dilanggar, dan yang terpenting masa depan negara demokrasi tak dipertaruhkan.