Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribunners

Tribunners / Citizen Journalism

Iduladha, Jangan Lupakan Peran Siti Hajar

Ada tiga tokoh tokoh penting dalam perayaan Iduladha, Ibrahim, Ismail, dan Hajar sayangnya tokoh yang ketiga itu seringkali terlupakan publik.

Editor: Theresia Felisiani
zoom-in Iduladha, Jangan Lupakan Peran Siti Hajar
TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN
Umat Islam menunaikan Shalat Idul Adha 1445 H di Masjid Agung Al-Azhar, Jakarta, Minggu (16/6/2024). Ada tiga tokoh tokoh penting dalam perayaan Iduladha, Ibrahim, Ismail, dan Hajar sayangnya tokoh yang ketiga itu seringkali terlupakan publik. 

Idul Adha, Jangan Lupakan Peran Siti Hajar

Oleh: Halimah Humayrah Tuanaya; Dosen Hukum Perlindungan Perempuan dan Anak; Pengurus Pimpinan Pusat Aisyiyah.

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ada tiga tokoh tokoh penting dalam perayaan Idul Adha, Ibrahim, Ismail, dan Hajar.

Sayangnya tokoh yang ketiga itu seringkali terlupakan publik. Sayyidati (lebih dikenal “Siti”) Hajar adalah isteri dari Nabi Ibrahim yang dikarunia anak Ismail.

Dosen Hukum Perlindungan Perempuan dan Anak Fakultas Hukum UNPAM Halimah Humayrah Tuanaya menyebutkan, peristiwa berkurbannya Ibrahim yang berkurban dengan menyembelih Ismail lebih dikenal publik dibanding perisitiwa pencarian air di tengah tandusnya padang pasir untuk keberlangsungan hidup Ismail.

“Ini menunjukkan, dari dahulu perjuangan yang dilakukan perempuan hanya dilihat sebagai hal yang biasa-biasa saja, tidak atau kurang berarti” Ujar Pengurus Pimpinan Pusat Aisyiyah itu (Minggu,16/6).

Momen Iduladha sejatinya kita tidak menafikan perjuangan, pengorbanan dan peran Hajar. Apa yang dilakukan Hajar merupakan sesuatu yang sangat luar biasa.

BERITA TERKAIT

Ia ditempatkan di padang pasir yang tandus tanpa bekal, berjuang dengan gigih mempertahankan hidup diri dan anaknya Ismail. Jadi sudah sepatutnya kita hanya mengagumi pengorbanan Nabi Ibrahim, tapi juga Siti Hajar.

Baca juga: Ide Resep Olahan Daging untuk Sajian Iduladha, Praktis dan Lezat!

Dalam konteks kekinian, perempuan masih belum menjadi perhatian penuh negara. Perempuan harus berjuang saat mengandung dan melahirkan anak.

Berdasarkan data Maternal Perinatal Death Notification (MPDN), sistem pencatatan kematian ibu Kementerian Kesehatan, jumlah kematian ibu pada 2022 mencapai 4.005 dan pada 2023 meningkat menjadi 4.129.

Ditengarai, salah satu penyebab tingginya angka kematian Ibu adalah terlambatnya merujuk Ibu ke Fasilitas Kesehatan yang memadai.

Alih-alih mendapatkan layanan kesahatan yang memadai, melalui media masa kita masih sering menyaksikan perempuan harus ditandu menuju Puskesmas untuk melahirkan karena jalanan yang rusak.

Perjuangan perempuan tidak berhenti setelah melahirkan, dan merawat hingga anak-anak. Ia juga harus menjaganya dari ancaman kekerasan.

Baca juga: Dihajar Suami Karena Tak Ada Lauk, Istri di Lubuklinggau: Sapo Bae Tolong Aku Astagfirullah Ya Allah

Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak mencatat kasus kekerasan terhadap anak mencapai 24.158 kasus sepanjang 2023, dan 10.932 merupakan kasus kekerasan seksual.

“Sayang, pemerintah tidak serius menyikapi tingginya angka kekerasan seksual. Sudah lewat waktu, pemerintah hanya mampu menerbitkan dua dari tujuh peraturan pelaksanaan dari Undang-Undang Tindak Pidana Kekerasan Seksual (UU TPKS). Padahal UU TPKS memandatkan agar peraturan pelaksanaannya diterbitkan paling lambat dua tahun” tutup Halimah.

Tribunners merupakan jurnalisme warga, dimana warga bisa mengirimkan hasil dari aktivitas jurnalistiknya ke Tribunnews, dengan mendaftar terlebih dahulu atau dikirim ke email redaksi@tribunnews.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
berita POPULER
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas