Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.
Menggali Akar Konflik Dunia Islam di Asia Tenggara dari Aspek Sejarah
Dengan menggali akar-akar sejarah ini, kita dapat menemukan pemahaman yang lebih komprehensif tentang tantangan yang dihadapi dunia Islam di sini.
Editor: Malvyandie Haryadi
Penulus: Solehudin
Mahasiswa Pasca-Sarjana Sejarah Peradaban Islam UIN Bandung
TRIBUNNERS - Sejarah panjang Islam di Asia Tenggara tidak hanya menawarkan kisah penyebaran agama dan budaya, tetapi juga memendam akar-akar konflik yang kompleks dan beragam.
Memahami konflik ini memerlukan penelusuran mendalam terhadap masa lalu, di mana pengaruh politik, ekonomi, dan sosial berkelindan dalam dinamika yang membentuk identitas dan hubungan antar kelompok di wilayah ini.
Dari persaingan kekuasaan antar kesultanan hingga intervensi kolonial Barat, setiap lapisan sejarah menyumbang pada mozaik konflik yang kita lihat hari ini.
Dengan menggali akar-akar sejarah ini, kita dapat menemukan pemahaman yang lebih komprehensif tentang tantangan yang dihadapi dunia Islam di Asia Tenggara.
Menggali akar konflik dunia Islam di Asia Tenggara dari aspek sejarah mengungkap kompleksitas interaksi antara faktor-faktor politik, ekonomi, sosial, dan budaya yang telah berlangsung selama berabad-abad.
Sejak masuknya Islam ke wilayah ini pada abad ke-13, berbagai kerajaan dan kesultanan Muslim berkembang, menciptakan dinamika kekuasaan yang sering kali berbenturan dengan kekuatan kolonial Barat yang datang kemudian.
Konflik tidak hanya terjadi antara entitas Islam dan kolonial, tetapi juga di antara berbagai kelompok etnis dan sektarian dalam komunitas Muslim sendiri.
Misalnya, persaingan antara ulama tradisional dan pembaharu, serta antara kelompok etnis yang berbeda, turut memperumit situasi.
Penjajahan oleh kekuatan Barat, seperti Belanda di Indonesia dan Inggris di Malaysia, menambah lapisan ketegangan dengan menerapkan kebijakan divide et impera yang memecah belah komunitas lokal.
Sejarah panjang ini menciptakan landasan bagi berbagai konflik kontemporer yang masih kita saksikan hari ini, di mana isu identitas, kekuasaan, dan keadilan tetap menjadi pusat perhatian dalam pergolakan di kawasan Asia Tenggara.
Konflik di Asia Tenggara kerap kali berakar pada keragaman etnis, agama, dan sejarah kolonial yang kompleks.
Di Indonesia, konflik sektarian antara Muslim dan Kristen di Maluku serta pergolakan separatis di Aceh dan Papua mencerminkan ketegangan panjang antara pusat dan daerah.
Malaysia menghadapi tantangan dalam hubungan rasial antara etnis Melayu, Tionghoa, dan India, yang seringkali diperumit oleh kebijakan affirmative action dan politik identitas. Filipina, dengan mayoritas Katolik, terus berjuang melawan gerakan separatis Muslim di Mindanao, yang diperparah oleh ketimpangan ekonomi dan marginalisasi politik.