Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.
Peringatan Harganas ke-31, Era Digital Hadirkan Tantangan Bagi Keutuhan Bahtera Keluarga Indonesia
76 persen dari kasus perceraian tersebut merupakan cerai gugat, di mana pihak istri yang mengambil langkah mengakhiri ikatan pernikahan.
Editor: Hasiolan Eko P Gultom
Peringatan Harganas ke-31, Era Digital Hadirkan Tantangan Bagi Keutuhan Bahtera Keluarga Indonesia
Oleh
Dr Hj Kurniasih Mufidayati MSi
Ketua DPP PKS Bidang Perempuan dan Ketahanan Keluarga
HARI Keluarga Nasional (Harganas) ke-31 yang diperingati pada 29 Juni 2024, bukan sekadar tanggal di kalender, melainkan sebuah perayaan cinta yang mengikat setiap insan dalam keluarga.
Di tengah gempuran zaman, tema "Keluarga Bahagia, Indonesia Sejahtera" menjadi oase yang menyegarkan, mengingatkan kita akan peran penting keluarga dalam membangun negeri.
Keluarga: Jantung Berdenyutnya Bangsa
Keluarga adalah sekolah pertama bagi setiap individu, tempat nilai-nilai luhur ditanamkan, karakter ditempa, dan mimpi-mimpi besar mulai dirangkai. Keluarga yang harmonis bagaikan benteng kokoh yang melindungi dari terpaan badai kehidupan, melahirkan generasi penerus yang tangguh dan berintegritas.
Sebaliknya, keluarga yang rapuh dapat menjadi celah bagi masuknya berbagai masalah sosial, menghambat kemajuan bangsa.
Badai Tantangan Menerpa Bahtera Keluarga di Era Digital
Sayangnya, di balik gemerlapnya kemajuan zaman, keluarga Indonesia tengah menghadapi badai ujian yang mengancam keutuhan dan kebahagiaannya.
Data dari World Bank (2006) menunjukkan angka perceraian yang terus menanjak, bak grafik yang tak kunjung mencapai puncaknya, ditambah lagi terjadinya kasus-kasus seperti kawin kontrak, perceraian yang terjadi dengan sewenang-wenang, terjadinya kekerasan domestik serta kasus keluarga lainnya.
Laporan Statistik Indonesia tahun 2023 semakin mempertegas fenomena ini, dengan 463.654 kasus perceraian tercatat sepanjang tahun.
Mirisnya, 76 persen dari kasus perceraian tersebut merupakan cerai gugat, di mana pihak istri yang mengambil langkah mengakhiri ikatan pernikahan.
Berbagai faktor seperti ketidakcocokan, himpitan ekonomi, kekerasan dalam rumah tangga, hingga pengkhianatan menjadi bara api yang membakar cinta menjadi abu.
Tak hanya itu, ancaman lain datang dari menurunnya minat generasi muda untuk membangun bahtera rumah tangga.