Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.
Kolaborasi TSP Kuaci dan SAPTAKANDA: Gelar Diskusi Menggagas Solo sebagai Kota Pelajar
Team Sinergi Progesif (TSP) Kuaci bekerja sama dengan SAPTAKANDA mengadakan diskusi roadshow keilmuan bertajuk "Solo Kota Pelajar, Kenapa Tidak?".
Editor: Sri Juliati
Oleh: Ilham Widya Pasya
Koordinator Team Sinergi Progesif (TSP) Kuaci
TRIBUNNEWS.COM - Team Sinergi Progesif (TSP) Kuaci bekerja sama dengan SAPTAKANDA mengadakan diskusi roadshow keilmuan di Bento Kopi UNS, Minggu (30/6/2024) kemarin.
Acara bertajuk "Solo Kota Pelajar, Kenapa Tidak?" ini berhasil menarik perhatian berbagai elemen pelajar di Surakarta.
Diskusi diselenggarakan oleh TSP Kuaci yang berkolaborasi dengan SAPTAKANDA, dengan peserta yang terdiri dari pelajar, mahasiswa, dan perwakilan sekolah serta kampus di Surakarta.
Tiga pembicara utama, yaitu Rektor UNSA, Astrid Widayani; Ketua PC IPNU Surakarta, Febri Yudistira; dan Pemuda Muhammadiyah Solo, Ahmad Zia Khakim memandu jalannya diskusi.
Ketiganya merupakan tokoh yang memiliki komitmen tinggi terhadap pengembangan pendidikan di Surakarta.
Peserta acara ini berasal dari berbagai elemen pelajar di Surakarta, termasuk mahasiswa, pelajar sekolah menengah, dan perwakilan organisasi kepemudaan.
Roadshow Keilmuan merupakan sebuah diskusi yang bertujuan untuk membahas potensi dan tantangan menjadikan Solo sebagai kota pelajar.
Dalam diskusi ini, dibahas berbagai aspek mulai dari infrastruktur pendidikan, dukungan pemerintah, hingga peran aktif komunitas pelajar dan mahasiswa.
Tujuan utama dari diskusi ini adalah menggali potensi Solo sebagai kota pelajar dan merumuskan langkah-langkah strategis yang dapat diambil oleh berbagai pihak terkait.
Astrid Widayani mengatakan, untuk mencapai model inovasi yang ideal Penta Helix, Triple Helix perlu diwujudkan terlebih dahulu yang menggabungkan kerjasama antara tiga elemen utama: pemerintah, akademisi, dan industri.
Dengan meningkatnya jumlah pelajar dan mahasiswa di Solo, penting untuk memastikan bahwa kota ini dapat memberikan fasilitas dan lingkungan yang mendukung kegiatan akademis dan non-akademis mereka.
Untuk langkah selanjutnya menuju Solo sebagai Kota Pelajar, implementasi Triple Helix dapat memperkuat sinergi antara universitas, pemerintah daerah, dan sektor swasta.
Pemerintah dapat menciptakan kebijakan yang mendukung pendidikan dan inovasi, universitas menyediakan riset dan pengembangan SDM berkualitas, serta industri memberikan dukungan dalam bentuk fasilitas, pelatihan, dan peluang kerja.
"Kolaborasi ini diharapkan dapat meningkatkan kualitas pendidikan, menciptakan lingkungan belajar yang inovatif, dan mendorong pertumbuhan ekonomi berbasis pengetahuan di Solo," kata Astrid Widayani.
Koordinator TSP Kuaci, Ilham Widya Pasya berharap TSP Kuaci dan SAPTAKANDA dapat terus mendorong inisiatif-inisiatif serupa yang berfokus pada pengembangan pendidikan di Surakarta.
Kolaborasi ini diharapkan dapat menjadi langkah awal yang konkret dalam mewujudkan Surakarta sebagai kota pelajar yang unggul. (*)