Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribunners
Tribunners

Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.


Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.

Tribunners / Citizen Journalism

Legenda Aji Saka di Balik Perseteruan Cak Imin Vs Gus Yahya

Dari perseteruan kedua "santri" KH Abdurrahman Wahid alias Gus Dur itulah maka kita akan menjadi ingat akan legenda Aji Saka.

Editor: Hasanudin Aco
zoom-in Legenda Aji Saka di Balik Perseteruan Cak Imin Vs Gus Yahya
Kolase Tribunnews
Ketum PKB Muhaimin Iskandar atau Cak Imin dan Foto Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf atau Gus Yahya. 

Oleh: Karyudi Sutajah Putra
Analis Politik pada Konsultan dan Survei Indonesia (KSI)

TRIBUNNEWS.COM -  Masih ingatkah kita akan legenda Aji Saka? Jika tidak, maka cermatilah perseteruan antara Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Muhaimin Iskandar alias Cak Imin versus Ketua Umum Pengurus Besar Nahdatul Ulama (PBNU) KH Yahya Cholil Staquf alias Gus Yahya.

Dari perseteruan kedua "santri" KH Abdurrahman Wahid alias Gus Dur itulah maka kita akan menjadi ingat akan legenda Aji Saka.

Legenda tentang terbentuknya aksara Jawa itu menceritakan, Aji Saka yang kelak menjadi Raja Madang

Kamulan setelah berhasil mengalahkan Dewatacengkar punya dua abdi setia dan sakti: Dora dan Sembada.

Suatu ketika Aji Saka pergi mengembara dikawal Dora, sementara Sembada ditugasi menjaga pusaka Aji Saka di padepokannya.

Pesan Aji Saka kepada Sembada: jangan serahkan kepada siapa pun pusaka itu kecuali kepada dirinya.

BERITA REKOMENDASI

Ternyata, di tengah perjalanan Aji Saka membutuhkan pusaka itu. Lalu diutuslah Dora untuk mengambilnya dari Sembada.

Demi melaksanakan amanah tuannya yang melarang Sembada menyerahkan pusaka itu kepada siapa pun kecuali Aji Saka, maka ia pertahankan mati-matian, termasuk ketika pusaka itu diminta Dora atas perintah Aji Saka.

Dora pun demikian. Demi melaksanakan perintah tuannya, maka sekuat tenaga ia berusaha merebut pusaka itu dari tangan Sembada.

Akhirnya terjadilah perkelahian hebat. Karena Dora dan Sembada sama-sama sakti maka keduanya sama-sama mati dalam perkelahian itu alias "sampyuh".

Aji Saka pun berduka mendapati kedua abdi setianya itu mati sampyuh.

Untuk mengenang Dora dan Sembada maka Aji Saka kemudian menciptakan aksara Jawa yang terdiri atas 20 huruf, yakni "ha na ca ra ka da ta sa wa la pa da ja ya nya ma ga ba tha nga" yang menceritakan proses kematian kedua abdinya itu.

Mati Sampyuh

Halaman
1234
Tribunners merupakan jurnalisme warga, dimana warga bisa mengirimkan hasil dari aktivitas jurnalistiknya ke Tribunnews, dengan mendaftar terlebih dahulu atau dikirim ke email redaksi@tribunnews.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di

Wiki Terkait

© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas