Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribunners
Tribunners

Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.


Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.

Tribunners / Citizen Journalism

Benarkah Penerapan Bilingual pada Anak Jadi Penyebab Speech Delay?

Di era globalisasi ini, banyak orangtua yang menerapkan konsep bilingual atau dwi bahasa pada anak sejak dini.

Editor: Anita K Wardhani
zoom-in Benarkah Penerapan Bilingual pada Anak Jadi Penyebab Speech Delay?
istimewa/dok pribadi
Lisa Suhayati, S.S., M.Pd, Pemerhati Bahasa, Dosen Prodi Sastra Inggris, Fakultas Sastra, Universitas Pamulang 

Selain faktor yang disebutkan sebelumnya, banyak yang menilai bahwa penerapan dwi bahasa pada anak juga berperan terhadap keterlambatan bicara pada anak (speech delay).

Namun, apakah benar demikian?

Dikutip dari laman halodoc, gagasan bahwa mengajarkan dua bahasa dapat menyebabkan keterlambatan bahasa atau language delay pada anak telah menjadi mitos yang telah lama menyebar di masyarakat Amerika Serikat.

Saat ini, di Indonesia juga berkembang mitos yang sama.

Penerapan konsep dwi bahasa pada anak dianggap dapat menyebabkan gangguan bicara atau keterlambatan bicara pada anak.

Namun, Santoso (2023) dikutip dari PrimaKu yang merupakan website mitra resmi dari Kementrian Kesehatan RI, Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) dan BKKBN menyatakan bahwa anak dari keluarga bilingual memiliki perkembangan bahasa yang setara dengan anak dari keluarga non-bilingual.

Artinya, anak yang dibesarkan dalam lingkungan bilingual dan dipaparkan dua bahasa sejak dini bisa mengembangkan kemampuan bahasa sama baiknya dengan anak-anak yang dipaparkan hanya satu bahasa oleh lingkungannya.

Berita Rekomendasi

Adapun gangguan bicara atau keterlambatan bicara pada anak bisa jadi disebabkan oleh faktor-faktor lainnya.

Sambo (2017), seorang dokter spesialis anak dalam website resmi IDAI mengatakan bahwa ada berbagai kemungkinan penyebab terlambat bicara pada anak, seperti kelainan bentuk organ penghasil suara, ganguan pendengaran, gangguan perilaku, gangguan perkembangan umum, specific language imparment, disabilitas intelektual, kurang stimulasi, masalah psikososial, maupun penyebab lainnya.

Jadi penerapan bilingual pada anak sejak dini bukanlah hal yang patut dikhawatirkan.

Namun demikian, orangtua tentunya tetap harus membuka mata agar anak-anak dapat terhindar dari speech delay.

Peran orangtua sangat vital dalam perkembangan bahasa anak karena dalam kesehariannya, anak-anak menghabiskan sebagian besar waktunya berinteraksi dengan orangtuanya dirumah, terutama anak di usia batita (bayi tiga tahun).

Perkembangan bahasa anak, tentunya bukan hal yang bisa didapatkan secara instan, diperlukan stimulasi dari lingkungan sekitarnya.

Meski bayi belum bisa berbicara, namun bayi yang tidak memiliki kecacatan pendengaran, kecacatan neurologis, kecacatan mental, atau kecacatan pita suara mampu memberi respon terhadap stimulasi yang orang sekitarnya berikan.

Halaman
123
Tribunners merupakan jurnalisme warga, dimana warga bisa mengirimkan hasil dari aktivitas jurnalistiknya ke Tribunnews, dengan mendaftar terlebih dahulu atau dikirim ke email redaksi@tribunnews.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
Berita Populer
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas