Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.
Jokowi Tinggal 2 Bulan Lagi Tapi Pengaruh Politiknya Makin Menjadi, Bagaimana Nasib Demokrasi?
Jokowi tetap menjadi figur sentral meski sudah ada presiden dan wapres terpilih yang akan menggantikannya. Pengaruh politik Jokowi makin menjadi.
Penulis: Yulis Sulistyawan
Editor: Yulis
MASA jabatan Joko Widodo sebagai Presiden RI tinggal dua bulan lagi. Tepat tanggal 20 Oktober 2024, Jokowi akan berakhir jabatannya. Prabowo Subianto - Gibran Rakabuming Raka akan menggantikan selama periode 2024-2029.
Hari-hari jelang berakhirnya masa jabatan, Jokowi sibuk meresmikan berbagai proyek infrastruktur yang menjadi prioritasnya selama menjabat dua periode. Jokowi berulangkali datang ke IKN Nusantara untuk mengecek, memastikan proses pembangunan Ibu Kota Negara berjalan sesuai rencana.
Tak terlihat aktifitas berkurang dari Jokowi. Bahkan, 1,5 bulan lalu, Jokowi masih melakukan reshuffle kabinet. Di hari-hari terakhir Jokowi, malah beredar akan ada reshuffle kabinet lagi meski masa tugasnya tinggal dua bulan lagi.
Jokowi tetap menjadi figur sentral meski sudah ada presiden dan wapres terpilih yang akan menggantikannya. Tak hanya di pemerintahan, Jokowi juga menjadi figur utama dalam perpolitikan nasional.
Airlangga Hartarto mendadak mundur dari jabatan Ketua Umum Partai Golkar. Munas Golkar dipercepat menjadi Munaslub pada 20 Agustus 2024 untuk mencari pengganti Airlangga.
Gunjingan mengarah ke Jokowi di balik mundurnya Airlangga. Serta mencuatnya nama Bahlil Lahadia yang disebut-sebut akan menggantikan Airlangga. Masyarakat tahu persis bahwa Bahlil adalah loyalis tulen Jokowi.
Suara nyaring dari sesepuh Golkar maupun pengurus, kini meredup. Hampir sebagian besar menyetujui Airlangga mundur dan Munas dipercepat yang seharusnya Desember 2024 setelah pelaksanaan Pilkada Serentak di tahun ini.
PDI Perjuangan yang kini menjadi partai pengkritik Jokowi juga gundah. Rumor Jokowi akan merebut kursi Ketua Umum PDIP begitu lantang dinyaringkan petinggi PDIP sendiri, termasuk Megawati Soekarnoputri.
Gonjang-ganjing politik juga makin keras jelang pendaftaran calon kepala daerah untuk Pilkada Serentak yang akan dihelat pada 27 November 2024. Mendadak, Koalisi Indonesia Maju (KIM) mengumumkan KIM Plus.
KIM Plus memakan korban. Anies Baswedan yang awalnya percaya diri akan diusung koalisi parpol saat Pilpres yakni koalisi PKS-Nasdem-PKB, kini gigit jari. Nasdem, PKS dan PKB berbelok arah dan kemungkinan besar bergabung dengan KIM Plus.
DPD PDIP Perjuangan DKI Jakarta yang sudah mengusulkan Anies Baswedan menjadi calon gubernur Jakarta, kebingungan mencari parpol untuk diajak berkoalisi. Kursi PDIP tak cukup jadi modal untuk mengajukan sendiri calon gubernur. Hampir semua Parpol di Jakarta yang memiliki kursi di DPRD, kini merapat ke KIM Plus yang kemungkinan besar akan mencalonkan Ridwan Kamil.
Baca juga: Stafsus Presiden: Tuduhan Ambil Alih Partai Politik Pabrikasi Narasi Insinuatif Downgrade Jokowi
Peta politik di berbagai daerah pun kini ikut semrawut gegara KIM Plus. Termasuk nasib Airin Rachmy Diani yang sebelumnya direkomendasikan Airlangga Hartarto untuk menjadi Cagub Banten.
Airin kini gundah gulana. 10 Parpol di Banten sudah mendeklarasikan diri mengusung calon yang diusung Gerindra yakni Andra Soni-Dimyati Natakusumah.
Airin yang awalnya hendak berkoalisi dengan PDIP di Banten, kini kebingungan. Tanggal 20 Agustus 2024 nanti, Golkar akan memiliki Ketua Umum baru yang diprediksi adalah loyalis Jokowi.