Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.
Pangkostrad Mohamad Hasan dan Pangdam Jaya Rafael, Dua Jenderal Menulis Sejarah di Bibir Ciliwung
Saat sertijab Dan Grup 2 Solo dari Kolonel Richard Tampubolon ke Kolonel Rafael, saya hadir di Solo sambil menikmati kuliner tengkleng.
Editor: Dewi Agustina
Khusus dengan Rafael, interaksi saya tidak pernah putus.
Saat sertijab Dan Grup 2 Solo dari Kolonel Richard Tampubolon ke Kolonel Rafael, saya hadir di Solo sambil menikmati kuliner tengkleng.
Selanjutnya Rafael bergeser menjadi Danrindam di Makassar.
Pada 2019 saya jumpa kembali dengan dengan pria kelahiran Ternate ini dengan jabatan Danrem 074/Warastratama Solo.
Ketika pandemi Covid melanda awal 2020, kami bersua dalam urusan dinas di Bandara Depati Amir Pangkalpinang, saya sebagai Staf Khusus Kepala BNPB Doni Monardo dan Rafael menjabat Aspotwil Kaskogabwilhan 1 pada tahun 2020.
Cafe "Ciba"
Cafe ini tak jauh dari markas Komando Pasukan Khusus (Kopassus). Warga sekitar menyebutnya "Ciba", Cijantung Bawah.
Tak heran, sebab mereka adalah jenderal yang digembleng dalam tempaan tradisi baret merah.
Kebetulan, Hasan dan Rafael adalah teman satu angkatan, sama-sama Akmil 93.
Pagi ini, keduanya melempar pandang ke arah Sungai Ciliwung di bawah sana.
Sejurus kemudian melempar pandang ke arah kibaran bendera merah putih yang membentang menyilang sungai.
Terkenang Doni - Danny
Rasa haru mendalam seperti terkuak kembali, demi menatap Ciliwung. Menatap Baret Merah. Duduk di café tepi Ciliwung.
"Rasanya baru kemarin kami bercengkerama di sini dengan…,” tutur Hasan dengan suara dalam.
Memori Hasan dan Rafael tertuju pada dua sosok yang sama: Doni Monardo dan Putu Danny.
Dua orang yang begitu lekat dan dekat di hati mereka. Bahkan di hampir sepanjang karier mereka di militer, hingga maut memisahkan.