Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribunners
Tribunners

Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.


Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.

Tribunners / Citizen Journalism

Paradoks Kunjungan Paus Fransiskus ke Indonesia

Kunjungan Paus Fransiskus SJ, yang bernama lahir Jorge Mario Bergoglio, ke Indonesia mulai 3-6 September 2024 adalah momentum yang dinanti sekian lama

Editor: Dodi Esvandi
zoom-in Paradoks Kunjungan Paus Fransiskus ke Indonesia
AFP/BAY ISMOYO
Paus Fransiskus (tengah, di kursi roda) disambut saat kedatangannya di Bandara Internasional Soekarno Hatta di Jakarta pada 3 September 2024. 

Oleh: Algooth Putranto

Pengajar Ilmu Komunikasi Universitas Pembangunan Jaya

Awal April 2024, bagi saya adalah salah satu momentum yang bikin pening hidup saya.

Dua telepon dari dua orang terpisah meminta saya berangkat ke Vatikan sungguh bikin senewen di tengah isu pelemahan kelas menengah di Indonesia. Jelas!

Tidaklah murah bepergian ke Eropa!

Namun entah bagaimana, mungkin memang benar tamsil ‘Atasan Paus di Vatikan’ selalu punya rencana misterius untuk kita, termasuk jalan keluar bagi kelas menengah nanggung seperti saya.

Repotnya surat undangan dari Trias Kuncahyono, Dubes Indonesia untuk Takhta Suci belum di tangan saya.

Berita Rekomendasi

Sekali lagi, entah bagaimana, tiba-tiba Amrih Jinangkung, Direktur Jenderal Hukum dan Perjanjian Internasional Kemlu mengajak makan siang.

Dan hanya hitungan jam, surat undangan sebagai modal pengurusan visa bukan masalah besar.

Baca juga: Disambut Presiden Jokowi, Paus Fransiskus Tiba di Istana Merdeka

Sisanya dan singkatnya, di tengah hari libur kejepit Idul Fitri, saya berhasil menapakkan kaki di Vatikan, sebuah negara mini di tengah negara Italia.

Meski negara mini dan tidak menjadi anggota PBB, jika Paus atau pemimpin Vatikan batuk-batuk kecil maka suaranya ibarat gempa hingga ke ujung dunia.

Paus tak perlu pidato yang berapi-api laksana singa panggung Presiden Soekarno atau penuh amarah serupa Nikita Khrushchev, pemimpin Uni Soviet.

Sebaliknya pidato semua Paus, termasuk Paus Fransiskus, SJ saat menyampaikan homili dengan intonasi yang datar.

Penyampaian pesan yang datar ini kerap kali menjadi senjata Paus, termasuk saat menyampaikan ‘amarah’ pada paradoks ketidakadilan dunia.

Halaman
123
Tribunners merupakan jurnalisme warga, dimana warga bisa mengirimkan hasil dari aktivitas jurnalistiknya ke Tribunnews, dengan mendaftar terlebih dahulu atau dikirim ke email redaksi@tribunnews.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas