Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.
Natal : Kabar Baik di Tengah Kegalauan
Yesus lahir di tengah tekanan kekaisaran Romawi, dengan pajak yang menindas, ketidakadilan sosial, dan jurang yang lebar antara kaya dan miskin
Editor: Eko Sutriyanto
Ketika kita memberi harapan kepada mereka yang putus asa, kita membawa terang Natal ke dalam dunia. Ketika kita memperjuangkan perdamaian di tengah konflik, kita menjadi cerminan kabar gembira itu.
Di tengah perang di Ukraina dan Gaza, banyak yang bertanya, “Di manakah Tuhan?” Pertanyaan ini adalah pertanyaan yang sama yang mungkin diajukan oleh banyak orang saat Yesus lahir. Namun, jawaban Natal adalah ini: Tuhan hadir dalam kelemahan, dalam solidaritas, dalam cinta.
Tuhan hadir dalam dokter yang merawat korban perang tanpa memandang kebangsaan mereka. Tuhan hadir dalam relawan yang memberi makan pengungsi. Tuhan hadir dalam keluarga yang membuka rumah mereka untuk orang-orang terlantar.
Natal Sebagai Undangan
Natal bukan hanya perayaan, tetapi undangan. Ia mengundang kita untuk melihat dunia bukan seperti yang ada sekarang, tetapi seperti yang bisa menjadi. Ia mengundang kita untuk percaya bahwa bahkan di tengah kehancuran, ketakutan dan kegalauan, ada kabar baik, ada harapan.
Seperti gembala yang mendengar kabar itu dua ribu tahun lalu, kita juga dipanggil untuk membawa berita itu kepada dunia yang terluka. Kita dipanggil untuk menjadi terang di tengah kegelapan, pembawa damai di tengah perang, dan penghibur bagi mereka yang tertindas.
Hari ini, seperti malam di Betlehem, dunia mungkin tampak gelap. Tapi jangan takut. Di tengah gelap, masih ada terang. Di tengah perang, masih ada damai yang mungkin. Di tengah ketidakadilan, ada panggilan untuk bertindak.
Kabar baik itu adalah milik kita semua, untuk diterima, dan untuk dibagikan. Selamat Natal.