VIDEO: Tari Hudoq Mengakhiri Pesta Panen Dayak Wehea
Masyarakat Dayak Wehea menyelenggarakan Festival Erau Bobjengea
Editor: Bian Harnansa
Laporan Wartawan Tribun Kaltim M Wikan
TRIBUNNEWS.COM, MUARA WAHAU - Masyarakat Dayak Wehea akhir bulan lalu (28/5) menyelenggarakan Festival Erau Bobjengea atau yang biasa disebut Lomplay di Desa Dea Beq, Kecamatan Muara Wahau, Kabupaten Kutai Timur.
Lomplai sendiri dimaknai sebagai ungkapan syukur atas pesta panen padi masyarakat Dayak Wehea. PLT Kepala Desa Deabeq, Parwadi, menuturkan syukuran padi wajib diadakan setiap tahun, meskipun ada yang tidak panen.
Sebagai acara penghujung acara sekaligus yang paling meriah, yakni penampilan tarian Hudoq yang diikuti puluhan penari.
Pemimpin ritual Hudoq di Desa Dea Beq kali ini adalah Dom Tot, yakni nenek yang memiliki telinga panjang dan usianya 90 tahun lebih.
Nenek Dom Tot adalah keturunan bangsawan Dayak Wehea, yang mewarisi bakat dalam mengumandangkan mantra dan memimpin berbagai ritual adat.
Sambil membaca mantra, Nenek Dom Tot menyebutkan satu per satu nama penari, diikuti dengan ritual penyembelihan ayam cemani (ayam hitam).
Darah ayam tersebut dioleskan pada tiap kostum penari hudoq. Setelah itu mereka menari mengitari balai desa diiringi alunan tabuhan gendang.
Salah satu tokoh adat Dayak Wehea Desa Nehas Liang Bing, Hendrikus Heang Day, Hudoq itu menggambarkan hewan mitos.
"Ada yang mukanya berjenis babi, burung, macan. Hudoq itu mempunyai ritual, dari orang Wehea ini disebut Pluey, yakni ada sesaji, setelah itu ada luehdoq, terus ada nari kembali," katanya.
Selain itu, menurut kepercayaan Dayak Wehea, ungkap Hendrikus, hudoq diharapkan mendatangkan rezeki dan Dewa penyembuhan untuk ritual kesehatan. "Pada zaman dahulu kala, penyakit yang sudah tidak bisa diobati, maka jalan terakhir yang diambil ya ritual penyembuhan dari Hudoq, yaitu Hudoq yang berasal dari air. Ada hudoq yang berasal dari langit, atas bumi, dan air," pungkasnya.