VIDEO: Kelambu-kelambu yang Bikin Bulu Kuduk Merinding
"Dari tahun 1930, 1940, dan 1950 sampai 1960, kelambu ini masih banyak digunakan. Untuk tahun 1960 sampai sekarang sudah jarang sekali yang pakai."
Editor: Mohamad Yoenus
Laporan Wartawan Tribun Jogja, Hendra Krisdianto
TRIBUNNEWS.COM, YOGYA - Sejumlah ranjang tua tampak berjajar di ruang pameran Bentara Budaya Yogyakarta.
Suasana sunyi serta iringan suara angin dan musik dari sebuah radio tua seolah menimbulkan nuansa mistis.
Nuansa ini dapat anda rasakan langsung di pameran seni rupa bertajuk "Di Balik Kelambu", yang diselenggarakan oleh Bentara Budaya Yogyakarta, 3 hingga 11 Agustu 2015.
Terlihat pula beberapa wajah yang menunjukkan rasa ketakutan ketika melihat tempat-tempat tidur tua yang dipamerkan di pameran tersebut.
Hermanu selaku Kepala Bentara Budaya Yogyakarta mengatakan, pameran "Di Balik Kelambu" tersebut bertujuan untuk mengingatkan kembali kepada masyarakat tentang sesuatu yang pernah ada di masa lalu, di antarnaya yaitu tempat tidur atau ranjang tua.
"Bahwa kelambu (tempat tidur tua) itu sudah masa lalu, kami ingin mengangkat kembali ini loh kelambu itu. Di masa lalu, kelambu ini sangat penting bagi masyarakat yang tinggal di daerah tropis, salah satu fungsinya yaitu untuk melindungi diri dari serangan nyamuk," kata Hermanu.
"Dari tahun 1930, 1940, dan 1950 sampai 1960, kelambu ini masih banyak digunakan. Untuk tahun 1960 sampai sekarang sudah jarang sekali yang pakai, bahkan ada juga yang tidak tahu sama sekali," ujarnya.
Ia mengatakan, dalam tempat tidur tua tersebut pun ada tirai-tirai yang menghiasi dan pernak-perniknya.
Menurutnya, pernak-perniknya pun berbeda-beda dan menggambarkan status sosial seseorang yang dilihat dari bahan apakah perniknya dibuat.
"Kelas rakyat dan bangsawan beda untuk pernak pernik dan gantungannya. Ada berbagai bahan seperti kuningan, perak dan lainnya. Selain itu,
kami pun ingin mengangkat kelambu adalah sebagai ruang pribadi. Di sana bisa terjadi apa saja, sebuah romansa, perselingkuhan dan
lainnya. Banyak makna," ujarnya.
Ia melanjutkan, beragam model tempat yang dipamerkan di sana memperlihatkan adat istiadat masyarakat dan tren pada masanya.
Dalam pameran tersebut, tempat tidur yang ditampilkan antara lain tempat tidur Jawa, Madura, Cina, dan Belanda dari masa lalu.
Menurutnya, barang-barang yang dipamerkan merupakan koleksi dari Subik asal Klaten dan Edi Sunaryo asal Yogyakarta.
Ia menyebutkan, untuk mendukung dan memberikan gambaran tentang suasana dan aura tentang tempat tidur tua tersebut, berkolaborasi dengan para perupa. (*)