Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

30 Tahun Bergantung pada Air Hujan

HUJAN yang turun pertama setelah kemarau panjang bisa berdampak buruk bagi kesehatan.

Editor: Mohamad Yoenus

“Awalnya minta air sama tetangga yang gentong dan airnya banyak. Lama-lama tidak enak. Mau tidak mau harus beli air galon keliling yang diambil penjual dari Palembang,” sebutnya.

Warga Jalur lain, Jumroni, mengungkapkan ia dan tetangga pernah membuat sumur bor untuk mendapatkan air bersih.

Tapi hasilnya tak sesuai dengan harapan. Air yang keluar tidak berbeda dengan di sungai; berbau, berbui dan berwarna.

“Kami sangat berharap perhatian pemerintah. Belum ada bantuan mengatasi krisis air. Paling tidak mendatangkan orang yang benar-benar ahli tentang sumur bor, agar kami kesulitan selama puluhan tahun segera selesai,” katanya.

Jumroni mengisahkan, ia membuat sumur bor tradisional dan menancapkan paralon ke tanah sedalam 10 meter.

Bahkan warga yang memiliki uang lebih pernah membayar pembuat sumur bor hingga Rp 1,5 juta.

Hasilnya mengecewakan seperti sebelumnya.

Berita Rekomendasi

“Kami tidak tahu apakah lokasi airnya seperti ini, atau kami yang belum bisa menemukan titik air yang bagus,” ujarnya. (*)

Hindari Air Hujan Pertama

Oleh: Andi Wijaya, Dosen Ahli Tanah Unsri

HUJAN yang turun pertama setelah kemarau panjang bisa berdampak buruk bagi kesehatan.

Air hujan tersebut mengandung asam dan beberapa zat seperti belerang (sulfur).

Nitrogen di udara yang bereaksi dengan oksigen membentuk sulfur dioksida dan nitrogen oksida.

Beberapa zat-zat itu berdifusi ke atmosfer dan bereaksi dengan air, lalu membentuk asam sulfat dan asam nitrat yang mudah larut sehingga jatuh bersama air hujan.

Halaman
1234
Sumber: Sriwijaya Post
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas