Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Warga Desa Banyuasin Konsumsi Air Asin dan Kotor

Rutinitas menjadi ibu bayi kembali ia lakukan. Namun kegembiraan itu tak berlangsung lama. Dirinya bingung bagaimana memandikan anaknya tersebut.

Editor: Mohamad Yoenus

Laporan Wartawan Tribun Sumsel, M Syah Beni

TRIBUNNEWS.COM, BANYUASIN - Warga terdampak kabut asap di Sumatera Selatan, terutama di desa perairan Kabupaten Banyuasin tidak butuh masker ataupun tempat mengungsi.

Mereka hanya meminta kirimkan air tawar dan air bersih untuk minum dan kebutuhan sehari-hari.

Seperti di Desa Marga Sugihan Kecamatan Muara Padang.

Warganya sudah dua bulan ini mengonsumsi air kotor yang berasa masam dan asin.

Yun, baru tiga hari melahirkan anak keduanya.

Rasa bahagia masih terpancar di wajahnya.

BERITA TERKAIT

Rutinitas menjadi ibu bayi kembali ia lakukan. Namun kegembiraan itu tak berlangsung lama.

Dirinya bingung bagaimana memandikan anaknya tersebut.

Air di rumahnya telah bercampur garam. Rasanya masam bercampur asin.

Jangankan bayi, anak-anak dan orang dewasa telah merasakan dampak mengonsumsi air ini.

Kulitnya terkelupas dan membuat rasa gatal yang luar biasa.

"Saat ini masih menggunakan air galon (air kemasan) untuk memandikan anak," ujar warga Desa Marga Sugihan, Banyuasin ini, beberapa waktu lalu.

Desa ini berada beberapa kilometer dari lokasi kebakaran hutan di Kecamatan Air Sugihan OKI.

Dampak asap juga dirasakan karena semakin memperparah keadaan warga yang selama ini telah kesulitan air.

Kabut asap di desa ini masih tebal, jarak pandang kurang lebih 100 meter.

Abu sisa kebakaran bak abu Gunung Sinabung, menyelimuti setiap sudut tempat.

Sementara, hujan tak kunjung turun membuat persediaan air bersih habis.

Lanjut Yun, jika dirinya terus-terusan menggunakan air mineral untuk memandikan bayinya, biaya hidup akan membengkak.

Ia berharap permasalahan air bersih ada solusinya. Minimal berharap hujan segera turun.

"Yang bisa diharapkan itu hujan segera turun. Kalau bantuan air bersih dari mana gitu, kayaknya gak akan ada," katanya.

Sebelum menggunakan air mineral, keluarga Yun harus keliling ke rumah-rumah warga yang masih memiliki persediaan air bersih (air hujan).

Tempat-tempat penampungan air bahkan harus digulingkan untuk mengambil sisa-sia air.

"Semua air bersih sudah habis," tambahnya.

Di desa ini hanya tersisa sumber air dari sumur di ladang, air ini biasa dipakai sebagai persediaan untuk campuran racun.

Terpaksa air inilah yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. (*)

Sumber: Tribun Sumsel
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas