Kepanasan, Satu per Satu Siswi Pingsan
Tahun lalu, warga tidak ada yang menggelar Salat Istisqa karena kemarau tidak panjang seperti sekarang.
Editor: Mohamad Yoenus
Laporan Wartawan Surya, Iksan Fauzi melaporkan
TRIBUNNEWS.COM, BOJONEGORO - Kemarau panjang masih menyelimuti kawasan Kabupaten Bojonegoro hingga saat ini.
Tercatat dalam prakiraan cuaca oleh Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Surabaya yang disampaikan oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bojonegoro, suhu udara sepekan ini antara 25-36 derajat celcius.
Panjangnya waktu kemarau dan tingginya suhu udara membuat warga Bojonegoro menggelar Salat Istisqa (shalat minta hujan).
Mereka memohon supaya hujan segera turun secara merata di Bojonegoro dan Indonesia.
Rabu (4/11) sekitar pukul 11.00 WIB, sekitar 3.500 terdiri dari Pegawai Negeri Sipil, masyarakat umum, para siswa Madrasah Aliyah Negeri 1 dan 2, serta siswa Madrasah Tsanawiyah Negeri 1 Kabupaten Bojonegoro menggelar Salat Istisqa di Lapangan Sukorejo.
Para jemaah tak menghiraukan terik panas matahari yang seolah membakar kepala.
Mereka terlihat sungguh-sungguh memohon agar hujan segera datang.
Tak sedikit pula dari para jemaah yang meneteskan ari mata saat doa dibacakan oleh penceramah, Ustaz Nurul Huda.
“Ya Allah.. Turunkanlah hujan kepada kami, hujan yang merata. Hujan yang penuh rahmat, bukan hujan yang menyiksa, bukan pula hujan yang menghancurkan,” ucap Nurul membacakan doa.
Mendengar permohonan itu, para jemaah terlihat mengangkat kedua tangan dengan telapak tangan menghadap ke atas serta mengucap kata ‘Aamiin’ secara serentak.
Pada saat proses Salat Istisqa hingga ceramah usai, sekitar 10 siswi tak kuat menahan panas matahari.
Mereka pun digotong ke tempat teduh oleh tim kesehatan.
Kepala Kemenag Bojonegoro, Ahmad Munir mengungkapkan, Salat Istisqa yang digelar hari ini dilaksanakan serentak di seluruh kecamatan sesuai himbaun dari Menteri Agama, Lukman Hakim Syaifuddin.
“Mudah-mudahan Allah memberikan hujan, karena pada prinsipnya, shalat istisqa itu adalah untuk memohon hujan yang bisa membawa manfaat untuk manusia,” ujar Munir yang juga ikut salat di lapangan Sukorejo.
Menurutnya, Istisqa jarang dilakukan, kecuali pada saat kemarau panjang.
Tahun lalu, warga tidak ada yang menggelar Salat Istisqa karena kemarau tidak panjang seperti sekarang.
Permohonan agar hujan segera datang juga dimaksudkan agar musibah kabut asap yang menimpa warga Kalimantan dan Sumatera supaya segera selesai.
“Tahun ini ada musibah asap di luar Jawa, itu termasuk dampak dari kemarau,” ujarnya.
Munir mengaku sering mendapat informasi dampak kemarau panjang dari laporan dari pihak Pemerintah Kabupaten Bojonegoro, di antaranya banyaknya warga kekurangan air bersih.
Pihak pemerintah kemudian mengirim air ke warga yang membutuhkan.
Selain itu, kata Munir, para siswa yang ikut salat bisa mendapat pengetahuan, sebab, salat ini termasuk langka, tidak setiap tahun atau setiap saat dilaksanakan, hanya pada waktu kemarau panjang.
“Alhamdulillah, minimal anak-anak kita tahu dan pernah melaksanakan Salat Istisqa,” katanya. (*)