Tak Ada Jalan Darat, Waktu Belajar Di Sekolah Ini Ditentukan Kondisi Air
membuat jalan darurat sepanjang sekitar 400 meter menuju Sekolah
Editor: Bian Harnansa
Laporan Wartawan Banjarmasin Post, Ratino Taufik
TRIBUNNEWS.COM, BANJARMASIN - Tak kunjung direalisasikannya pembangunan jalan menuju SDN Basirih 10 di Simpang Jelai
Kelurahan Mantuil Kecamatan Banjarmasin Selatan, Kota Banjarmasin Kalimantan Selatan, membuat warga setempat terpaksa mengambil langkah.
Dengan berbekal peralatan sederhana dan dana swadaya, warga bergotong-royong membuat jalan darurat
sepanjang sekitar 400 meter menuju ke SDN Basirih 10, Kamis (12/11/2015).
Pengerjaanya dilakukan bertahap, dalam satu minggu warga menyediakan waktu dua hari untuk melakukan pengerjaan jalan.
Jalan darurat tersebut dibuat tak jauh dari tepi sungai, dengan cara mengambil tanah dari tepi sungai kemudian menumpuknya hingga menjadi tegalan.
Sarbani warga setempat mengungkapkan, pembuatan jalan darurat tersebut dimaksudkan agar anak-anak mereka
yang menjadi murid di SDN Basirih 10 serta guru yang mengajar di sekolah tersebut lebih mudah menuju ke sekolah.
Selama ini karena tidak ada akses jalan darat, guru serta murid harus menggunakan sampan dan klotok (perahu bermesin) untuk menuju ke sekolah.
Ketika kondisi air sedang pasang memang tidak ada hambatan.
Tetapi saat air surut ditambah kondisi kemarau seperti saat ini, jangankan klotok, sampan pun sulit untuk melintas di sungai.
Akibatnya guru tidak bisa menuju ke sekolah untuk mengajar, sehingga murid yang telah terlanjur datang ke sekolah harus dipulangkan.
"Jalan darurat yang buat memang jauh dari memadai. Tapi paling tidak bisa membantu murid dan guru untuk menuju ke sekolah.
Sehingga kegiatan belajar mengajar bisa dilaksanakan seperti di sekolah lainnya. Bayangkan, dalam satu minggu murid disini
bisa tiga hari tidak bersekolah karena guru tidak bisa datang," ungkap Sarbani.
Menurut warga, pemerintah Kota Banjarmasin sekitar dua tahun lalu sempat memulai proyek pembangunan jalan menuju SDN Basirih 10.
Hal itu bisa dilihat dengan dibuatnya siring dari kayu galam menuju ke sekolah tersebut.
Namun sampai hari ini proyek penimbunan jalan tak kunjung dilanjutkan, sementara kondisi kayu galam yang menjadi siring dari hari kehari menjadi lapuk.