Sudah 30 Tahun Warga di Kawasan Sungai Buaya Tak Punya Jembatan
Salah satu anak Sungai Kayan yang cukup mudah dijumpai di Tanjung Selor, Kabupaten Bulungan adalah Sungai Buaya.
Editor: Mohamad Yoenus
TRIBUNNEWS.COM, TANJUNG SELOR - Perpaduan sungai besar dan sungai kecil merupakan karakteristik bumi Kalimantan.
Tak terkecuali di Bulungan, Kalimantan Utara.
Salah satu sungainya yang melegenda adalah Sungai Kayan.
Sungai besar inilah yang menciptakan anak-anak sungai di Bulungan.
Salah satu anak Sungai Kayan yang cukup mudah dijumpai di Tanjung Selor, Kabupaten Bulungan adalah Sungai Buaya.
Untuk memudahkan masyarakat, pemerintah daerah dituntut membangun akses untuk membuka keterisolasian.
Di sepanjang aliran Sungai Buaya, sebetulnya sudah terbangun sejumlah jembatan, namun seluruhnya belum mampu menjawab keluhan masyarakat di daerah-daerah pesisir sungai, seperti warga di pesisir Dusun Tanjung Rumbia, Kelurahan Tanjung Selor Hulu, Kecamatan Tanjung Selor.
Akses jalan menuju Dusun Tanjung Rumbia, terhenti di tepian Sungai Buaya, tanpa adanya jembatan yang langsung terhubung ke jalan poros Bulungan-Tana Tidung, Malinau, hingga Nunukan.
Rudiansyah (33) misalnya, selaku warga lokal, ia sudah puluhan tahun mendambakan didirikannya jembatan yang menghubungkan dusunnya (Tanjung Rumbia) dengan Desa Gunung Seriang.
Kebetulan di Desa Gunung Seriang, banyak terdapat ladang dan perkebunan milik masyarakat, kemudian di Desa Gunung Seriang adalah salah satu akses menuju ke daerah Tana Tidung, Malinau, hingga Nunukan, dan kecamatan-kecamatan lainnya di Bulungan.
“Selama ini kami menyeberang pakai ketinting. Padahal aktivitas di Gunung Seriang bisa dibilang banyak, ada kebun dan ladang di sana. Kalau banjir, terpaksa harus mutar jauh lewat darat,” tuturnya, Rabu (11/11/2015).
Pihaknya menuturkan, masyarakat Tanjung Palas pun ketika hendak berobat ke Tanjung Selor harus melewati sungai.
“Otomatis mereka mereka memakai perahu. Kalau lewat tambangan (jasa perahu trandisional) jaraknya jauh. Kalau lewat kilo (jalan darat) mutarnya jauh. Intinya bukan hanya kami yang membutuhkan jembatan dibangun di sini,” ujarnya.
Sugimin (50) pun menuturkan hal sama. Jika hendak ke kebun, ia harus memutar jauh melewati Jalan Jelarai kemudian menuju areal ladangnya di Desa Gunung Seriang.
Menggunakan kendaraan roda dua, Sugimin harus menempuh waktu kurang lebih 45 menit.
Jika kondisi memungkinkan, tak jarang pula harus menyeberangi sungai memakai perahu ketinting.
“Kalau bisa ada jembatan lah, untuk memuluskan perjalanan. Kami di sini sejak tahun 80-an menanti jembatan. Kami masyarakat kecil, tentu ingin akses yang nyaman juga,” katanya.
Suheriyatna, Kepala Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Kaltara yang dikonfirmasi menyatakan, pemprov Kaltara baru mengkomunikasikan hal tersebut dengan Pemkab Bulungan.
Tidak tertutup kemungkinan provinsi akan membuat perencanaan pembangunan jembatan dalam waktu dekat.
“Apalah gunanya jalan kalau tidak ada jembatan. Kami komunikasi dengan Pemkab Bulungan, kalau bisa dinasionalkan jalannya, kami akan memprogramkan jembatannya. Kalau belum ada perencanaannya, kami akan rencanakan tahun ini, berlajut FS, DED, plus Amdal dengan harapan tahun 207-2018 sudah ada jembatan,” jelasnya. (*)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.