Nyanyian Satu untuk Pattani
Hafizi mengungkapkan, awalnya Pattani merupakan bagian dari kerajaan Melayu yang mayoritas warganya beragama Islam.
Editor: Mohamad Yoenus
Laporan Wartawan Tribun Lampung, Yoso Muliawan
TRIBUNNEWS.COM, BANDAR LAMPUNG - Warga Melayu Pattani yang bermukim di teritorial Negara Thailand harus bersatu memperjuangkan hak-hak dasarnya melalui berbagai medium.
Mulai dari mengikat diri dalam organisasi dan komunitas, membuat media warga sebagai sarana informasi dan edukasi, hingga membangun jaringan ke luar.
Demikian satu di antara beberapa pokok bahasan dalam diskusi santai bertema Satu untuk Pattani di halaman Rektorat Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Raden Intan Lampung, Sabtu (14/11/2015) malam.
Dalam pelaksanaan diskusi, Unit Kegiatan Mahasiswa Seni Budaya Islam (UKM SBI) mengundang narasumber, yaitu mahasiswa IAIN Raden Intan asal Pattani, Thailand, Hafizi; Pembina UKM SBI Safari Daud; Direktur terpilih Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Bandar Lampung Alian Setiadi; dan Ketua Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Bandar Lampung Yoso Muliawan.
Turut hadir Rektor IAIN Raden Intan Prof Dr Mukri serta sekitar 50 mahasiswa IAIN asal Pattani.
Hafizi mengungkapkan, awalnya Pattani merupakan bagian dari kerajaan Melayu yang mayoritas warganya beragama Islam.
Namun, jelas dia, pada tahun 1904, Inggris menyerahkan Pattani kepada Thailand untuk masuk dalam wilayah Kerajaan Siam bagian selatan.
"Akhirnya, timbul perbedaan-perbedaan terutama dalam hal budaya, antara kami yang merupakan Melayu Pattani dengan budaya Thai. Tidak jarang ada pergesekan sampai memakan korban jiwa," katanya.
Hafizi berharap adanya dukungan dan solidaritas dari Indonesia yang juga bagian dari rumpun Melayu.
"Kami mengharapkan dukungan dari bangsa Indonesia agar kami bisa memperjuangkan hak-hak kami. Mulai dari hak atas pendidikan, hukum, kebebasan berekspresi dan berpendapat, serta menjalankan kewajiban agama kami," ujarnya. (*)