Heboh Video Jenazah Jatuh dari Keranda, Ternyata Inilah Kisah Sebenarnya
Jenazah yang sudah terbungkus kain kafan tiba-tiba jatuh dari keranda yang sedang digotong empat laki-laki bersarung.
Editor: Mohamad Yoenus
TRIBUNNEWS.COM - Jenazah yang sudah terbungkus kain kafan tiba-tiba jatuh dari keranda yang sedang digotong empat laki-laki bersarung.
Rekaman video itu diunggah di jejaring YouTube beberapa waktu lalu.
Pada video itu, tampak segerombolan pengantar jenazah berjalan dikawal satu unit voorijder dengan suara sirine mengaum memecah kerumunan.
Namun, saat empat penggotong sedang berjalan, keranda jebol dan mayat yang akan dikuburkan jatuh ke jalan.
Puluhan warga yang menonton pun berteriak karena si penggotong keranda tetap berjalan.
Mereka tidak menyadari bahwa jenazah yang dibawa jatuh.
Video ini sempat menarik perhatian media asing, mirror.uk.
Media Inggris itu menulis judul “Body falls out of coffin during funeral procession as shocked mourners watch in horror” tentang video yang yang diunggah akun Go News itu.
Mirror menulis keterangan bahwa bahwa video itu adalah cuplikan upacara pemakaman di salah satu desa di Indonesia.
Cuplikan ini telah dilihat lebih dari 110.000 kali di Liveleak.
Namun, belakangan diketahui insiden itu hanyalah goyunan dalam karnaval memperingati Hari Ulang Tahun (HUT) kemerdekaan RI 17 Agustus.
Komentar beragam dari pengguna Youtube pun bermuncul.
Ada yang bilang kocak, ada pula yang menyesalkan materi humor menggunakan ilustrasi jenazah.
"Brooo.. Itu acara karnavalan, Yg posting goblok juga tuh, acara karnavalan malah dibuat kyak apa saja."
"Sebelum share cari kebenaran...."tulis seorang pemilik akun youtube Super Hendik
"Juan****....koq malah dijadiin dolanan.,"ungkap akun bernama Rahmat Bagus
Sementara itu, beberapa netizen mengutuk para pelaku yang terlibat dalam proses jatuhnya jenazah.
"Nasib para pemain pasti entar kalau mati kayak pohon pisang itu Naudzubillahimindalik dah kehabisan ide !,"tulis seorang pemilik akun Cintya Arini
"Hati-hati, jangan dibuat permainan" kata akun milik rhut damayanti. (*)