Melihat Tradisi Serentaun di Kampung Budaya Sindang Barang
Gelaran Serentaun diisi dengan arak-arakan hasil bumi atau disebut dengan dongdang.
Editor: Mohamad Yoenus
Laporan Wartawan TribunnewsBogor.com, Yudhi Maulana
TRIBUNNEWS.COM, TAMANSARI - Selain untuk mempertahankan tradisi budaya Sunda, gelaran Serentaun di Kampung Budaya Sindang Barang juga sebagai wujud rasa syukur atas berkah yang diberikan Tuhan.
Gelaran Serentaun diisi dengan arak-arakan hasil bumi atau disebut dengan dongdang.
Hasil bumi berupa panen kebun warga seperti, padi, sayur mayur, buah-buahan, dan hasil ternak warga Desa Pasir Eurih, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.
Ada sekitar 10 dongdang yang datang dari tiap RW di Desa Pasir Eurih.
Sebelum diarak, para sesepuh adat melakukan ritual doa sambil membakar dupa.
Lalu, warga yang mengarak dongdang diciprati air Cikukulu, air yang diambil dari tujuh mata air.
Lantas, dongdang diarak warga mulai dari Rumah Bali menuju Kampung Budaya Sindang Barang yang jaraknya kurang lebih 1 kilometer.
Arak-arakan dongdang diiringi oleh Rengkong, arak-arakan para pria yang memikul padi menggunakan bambu.
Lalu, arak-arakan juga diiringi oleh para mojang serta kesenian angklung gubrag yang dimainkan oleh kaum ibu.
Setibanya di Kampung Budaya Sindang Barang, dilanjut dengan ritual serah terima padi kepada Pupuhu atau kepala adat.
Pupuhu menerima padi dan langsung disimpan ke dalam bangunan lumbung padi atau disebut saung lisung.
Lalu, para warga yang sudah mengikuti arak-arakan sejak awal langsung berebut dongdang yang telah diarak.
Mulai dari anak-anak hingga dewasa saling berebut hasil bumi yang telah diarak, seperti nangka, cabai, petai, timun, singkong, jagung, pare dan lainnya.
Kokolot Kampung Budaya Sindang Barang, Ukat Sukatma mengatakan kegiatan ini sebagai bentuk rasa syukur kepada Tuhan atas berkah yang telah diterima warga.
"Serentaun ini merupakan akulturasi dari tradisi Gurubumi yang merupakan tradisi saat zaman kerajaan dengan tradisi sedekah bumi yang merupakan tradisi kesultanan islam cirebon," katanya kepada TribunnewsBogor.com, Minggu (13/12/2015).
Acara ini digelar setahun sekali dengan melibatkan seluruh warga desa.
Puncak acara diisi dengan berbagai tari kesenian yang dilakukan oleh anak-anak sanggar kesenian binaan Kampung Budaya Sindang Barang. (*)