Unik dan Serunya Lomba Joget Kepompong Ulat Jati
Ulat Jati di Tuban sepertinya dibenci tapi disayang.
Editor: Mohamad Yoenus
Bentuk ulat yang diturunkan peserta beragam, ada yang kecil, besar, hitam kelam, dan ada yang berwarna loreng kemerahan.
Setelah melalui empat kali perlombaan, akhirnya, ulat jagoan Supriyo yang memenangkan balap lari ulat.
Ternyata, Supriyo memiliki tips sendiri ketika memilih ulat yang bisa lari cepat, meski tubuh ulat lebih besar dibanding lawannya.
“Saya memilih warna ulat lorek kemerahan, biasanya larinya cepat,” kata Supriyo usai lomba.
Setelah lomba lari digelar, panitia melanjutkan lomba joget kepompong Ulat Jati.
Panitia mengggunakan kriteria, kepompong yang berjoget paling lama adalah pemenangnya.
Bagian tubuh kepompong yang joget dalah bagian belakang. Agar kepompong berjoget lebih lama, peserta menekan perlahan bagian kepala.
Asisten Perhutani PKPH Mulyoagung, Muhammad Badar, mengungkapkan lomba kali ini digelar di petak 37 yang memiliki luasan 5,6 hektare.
Tujuan lomba itu tidak lain agar masyarakat sekitar hutan ikut melestarikan dan menyelamatkan hutan.
“Pesan moral dari lomba ini, pentingnya kelestarian hutan ini. Dengan adanya ulat berarti ada sumber kehidupan. Ketika hutan itu baik, maka akan tumbuh tumbuhan semai dan tumbuhan tegak, maka di sana terdapat ekosistem yang baik,” ujarnya.
Pantauan SURYA.co.id, di sekitar hutan terlihat warga sedang mencari kepompong metamorfosis Ulat Jati.
Mereka membuka bongkahan batu yang seringkali menjadi tempat ulat menjadi kepompong.
Kepompong itu akan dijual atau dimakan sendiri. Harga kepompong saat ini bisa mencapai Rp 60.000 per kilogram. (*)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.