Lahir Tanpa Anus dan Alat Kelamin, Ibunda Rafi: Saya Tak Akan Menyerah dan Terus Berjuang
Dibalik senyum dan tawa, ada sesuatu yang cukup membuat banyak orang tercengang.
Editor: Mohamad Yoenus
Laporan Wartawan TribunnewsBogor.com, Yudhi Maulana
TRIBUNNEWS.COM, BOGOR BARAT - Riangnya suara tawa Rafi Furqon Ramadhan, pasti membuat semua orang merasa gemas.
Namun, dibalik senyum dan tawa bocah laki-laki ini, ada sesuatu yang cukup membuat banyak orang tercengang.
Ya, Rafi yang lahir pada 28 Juli 2013 ini mengidap kelainan di tubuhnya.
Sejak lahir, ia tidak memiliki lubang anus dan alat kelamin.
Anak dari pasangan Lyra Famia Rahma (32) dan Chilfi Furqon (35) ini memiliki kelainan yang dalam istilah medisnya Extrophy Kloaka.
"Kelainan ini sangat langka, perbandingannya bisa satu banding sejuta," kata ibu Rafi, Lyra kepada TribunnewsBogor.com saat ditemui di kediamannya, Komplek IPB 2 Sindang Barang, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor, Jawa Barat, Senin (25/1/2016).
Ia menceritakan, ia melahirkan Rafi di salah satu rumah sakit di Sukabumi.
Sejak pertama lahir, ia tidak langsung diizinkan untuk melihat Rafi.
Saat itu, Rafi langsung dibawa ke Rumah Sakit di Bandung untuk menjalani operasi.
"Kondisinya saat lahir Rafi tidak memiliki lubang anus dan alat kelamin gak sempurna. Dan ia harus buang feses pertamanya. Makanya harus buru-buru dioperasi," terang Lyra.
Karena tak memiliki lubang anus, Rafi harus buang air besar melalui saluran berbentuk benjolan kecil merah yang ada di bawah pinggir kiri perutnya.
Benjolan kecil merah tersebut dibuat saat operasi pertamanya, sebagai saluran untuk membuang kotoran dari tubuh Rafi.
Air seni Rafi juga terus mengalir keluar dari alat kelaminnya yang bentuknya tak sempurna.
"Saat diagnosa awal katanya baik-baik saja, dokter bilang setiap USG anaknya laki-laki, tapi pas begitu lahir kondisinya seperti ini," ungkap Lyra.
Beberapa kali Rafi sempat mengalami kondisi kesehatan yang naik turun.
Di usia sekitar delapan bulan, Rafi kembali menjalani operasi keduanya.
Rafi terpaksa menjalani operasi karena ia mendapati kotoran Rafi agak berbau tak sedap dan kondisi tubuhnya kurang sehat.
"Operasi kedua sebenarnya penutupan kantung kemih. Dokter masuk pukul 11.30 WIB dan keluar pukul 15.30. Seharusnya mungkin hanya dua jam saja, tapi kenapa ini lama banget. Pas saya tanya ternyata benar ada pembusukan di ususnya," tuturnya.
Rafi harus menjalani recovery selama satu bulan di rumah sakit.
Kini, Rafi sudah berusia 2 tahun enam bulan.
Sehari-hari ia harus mengenakan pampers serta colostomy bag atau kantung penampung kotoran.
Sesekali kadang Rafi mengeluh sakit saat buang air kecil atau besar.
Malah pernah Lyra mendapati ada darah keluar dari saluran pencernaan akhir saat anaknya buang air besar.
"Dalam setahun, Rafi 14 kali dirawat dan dua kali dioperasi. Semua yang saya lalui ini gak akan pernah buat saya menyerah dan terus berjuang untuk Rafi," ucap Lyra tegar. (*)