Ulasan Menarik Berbagai Penafsiran Peradaban Kuno Tentang Gerhana Matahari Total
Masyarakat Viking menyebut gerhana dengan Ragnarok alias apocalypse alias kiamat.
Editor: Mohamad Yoenus
TRIBUNNEWS.COM -- Rabu (9/3/2016), menjadi salah satu hari yang paling banyak dibicarakan oleh orang-orang Indonesia tahun ini.
Di hari itu, kita akan menyaksikan peristiwa alam yang langka, yang terakhir terjadi pada Juli 1983, yaitu Gerhana Matahari Total.
Beragam upacara dan acara telah dipersiapkan, termasuk daerah-daerah yang bahkan tidak dilalui peristiwa ini, untuk menyambut fenomena ini.
Terlepas dari itu, menarik untuk menyimak bagaimana Gerhana Matahari dipahami oleh peradaban-peradaban kuno di dunia.
Masyarakat Viking menyebut gerhana dengan Ragnarok alias apocalypse alias kiamat.
Fenomena ini terjadi disebabkan dua serigala bernama Skoll dan Hati yang mengejar-ngejar Matahari dan Bulan.
Jika salah satu benda langit itu tertangkap, maka gerhana akan terjadi.
Manusia di Bumi harus menyelamatkannya, dengan membuat kebisingan sebanyak mungkin untuk menakut-nakuti dua serigala itu.
Meskipun ritual menyembah Matahari adalah hal lazim, sangat sedikit informasi yang dapat digali dari masyarakat Mesir Kuno tentang fenomena ini, bahkan mereka hampir tak mengenal istilah gerhana.
Meski demikian, ada beberapa sarjana yang mencoba berteori, Gerhana Matahari bagi masyarakat Mesir Kuno adalah sebuah tanda kejahatan.
Orang-orang Maya Kuno menyebut Gerhana Matahari dengan “chi’ ibal kin” alias “memakan Matahari”.
Tapi sayang, apa pandangan masyarakat Maya tentang fenomena ini tidak bisa digali lebih lanjut menyusul aksi penghancuran terhadap catatan-catatan Suku Maya tahun 1600-an oleh para misionaris Eropa yang datang ke daratan Amerika.
Meski demikian, sekelompok sarjana pada 2013 menemukan bahwa kalender astronomi masyarakat Maya Kuno berhasil memprediksi dengan akurat Gerhana Matahari pada 1991.
Dalam mitologi Hindu, Gerhana Matahari diidentikkan dengan dipenggalnya kepala Kala Rau oleh Batara Wisnu karena meminum nektar para dewa.