Ulasan Menarik Berbagai Penafsiran Peradaban Kuno Tentang Gerhana Matahari Total
Masyarakat Viking menyebut gerhana dengan Ragnarok alias apocalypse alias kiamat.
Editor: Mohamad Yoenus
Kepala Kala Rau yang dipenggal akhirnya melayang ke langit, menelan Matahari dan menyebabkan gerhana.
Masyarakat Yunani Kuno mempercayai Gerhana Matahari sebagai pertanda buruk, para dewa sedang marah, dan awal bencana dan kehancuran.
Catatan tentang fenomena ini berhasil ditemukan di Homer’s Oddysey, yang berbunyi: “Matahari telah musnah dari surga, dan kabut yang jahat telah menyebar luas di dunia.”
Pada masyarakat China Kuno, Gerhana Matahari juga dianggap sebagai pertanda buruk.
Orang-orang mengira, fenomena ini terjadi karena Matahari ditelan oleh naga.
Untuk menghentikannya, orang-orang harus berteriak, membunyikan drum, dan menyalakan meriam api; supaya naga takut lalu pergi dan memuntahkan kembali Matahari.
Ilustrasi. (Pixabay)
Bagaimana dengan peradaban modern?
Lalu bagaimana Gerhana Matahari menurut kaca mata peradaban modern?
Selama beberapa abad terakhir, telah terjadi lebih dari empat kali Gerhana Matahari Total di Inggris, belum di tempat-tempa lainnya, dan tidak satu pun yang mengakibatkan dunia berakhir.
Sehingga tidak ada alasan untuk percaya dengan mitos-mitos yang tersebut di atas.
Meski demikian, para doomsayer (pembuat ramalan tentang masa depan dan kiamat) masih berpikir bahwa gerhana harus dilihat sebagai tanda peringatan dari kebesaran Yang Maha Kuasa.
Dalam sebuah wawancara dengan WolrdNetDaily, Bob O’Dell, co-founder Root Source, mengatakan bahwa fenomena ini sebagai pesan Tuhan untuk seluruh penduduk bumi.
Pastor Mark Blitz, penulis Blood Moons: Decoding the Imminent Heavenly Signs, seolah mengamini pernyataan O’Dell.
Lebih tegas, ia menyebut, peristiwa ini sebagai peringatan bagi orang-orang Eropa.
“Dalam tradisi Yahudi, Gerhana Matahari Total adalah peringatan kepada orang-orang Kafir … terutama orang-orang Eropa,” ujarnya. (Ibtimes.co.uk)