Jika Yusril Terpilih, tak Ada Lagi Pemerintah Daerah Khusus Ibukota Jakarta
"Saya sebenarnya hanya mengatur Jakarta ini menuju transisi, untuk suatu ketika jangka panjangnya lima atau sepuluh tahun Jakarta ini," katanya.
Penulis: Lendy Ramadhan
Editor: Mohamad Yoenus
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Yulis Sulistyawan dan Lendy Ramadhan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Yusril Ihza Mahendra percaya diri menjadi penantang Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok.
Apa rencana besar Yusril sehingga begitu percaya diri programnya bisa menyelesaikan masalah Jakarta secara tuntas?
Dalam perbincangan santai di kantor Tribunnews.com, Yusril memaparkan rencana besarnya yang tujuan akhirnya yakni melikuidasi Jakarta sebagai provinsi.
"Kalau pun saya nanti yang jadi Gubernur, saya sebenarnya hanya mengatur Jakarta ini menuju transisi, untuk suatu ketika jangka panjangnya lima atau sepuluh tahun Jakarta ini, Pemerintah DKI ini dilikikuidasi," katanya.
"Nggak ada lagi Pemerintah Daerah Khusus Ibukota Jakarta, nggak ada lagi DPRD DKI Jakarta, tapi yang ada adalah Menteri Urusan Wilayah Ibukota, dan langsung di bawah presiden," ujarnya.
"Dengan cara itulah Jakarta menjadi milik semua," jelas Yusril yang berdialog selama hampir tiga jam bersama Tribun, Warta Kota, Kompas TV dan Kompas.com, Jumat (11/3/2016) sore.
Yusril mengatakan, wajah Jakarta sebagai Ibukota adalah cerminan wajah Indonesia.
Semerawutnya Jakarta, banjir dan macet Jakarta, menjadi kesan utama luar negeri bahwa Indonesia juga seperti itu.
Yusril mencontohkan, Manila dan Kuala Lumpur sebagai Ibukota Negara, lebih baik kondisinya dari Jakarta. Kemacetan bisa teratasi, transportasi memadai.
Menurut Yusril, Manila dan Kuala Lumpur bisa menjadi seperti itu lantaran wilayah tersebut bukan berdiri sendiri menjadi provinsi mandiri seperti Jakarta.
Yusril memiiliki ide, wilayah Jakarta yang berada di Ibukota itu diatur oleh menteri khusus, bukan sekelas gubernur.
Dengan jabatan menteri khusus yang dipilih langsung oleh Presiden, maka menteri urusan Ibukota itu bisa melakukan koordinasi dengan berbagai wilayah provinsi terdekat, dalam melakukan pembangunan tanpa ada hambatan birokrasi atau ego sesama kepala daerah.
Yusril lantas menyebut, penanganan banjir di Jakarta yang sebagian akibat kiriman sungai dari Bogor, selama ini belum tuntas karena sulitnya berkoordinasi dengan Kota, Kabupaten tetangga maupun pemprov Jawa Barat.
Jika koordinasi penanganan Ciliwung dilakukan oleh pemerintah pusat melalui Menteri Urusan Ibukota,maka para wali kota, bupati maupun gubernur dipastikan akan mudah berkoordinasi karena yang melakukan koordinasi adalah menteri. Bukan sesama kepala daerah.
Begitu pula dengan penanganan masalah transportasi, menteri Urusan Ibukota sebagai kepanjangantangan pemerintah pusat bisa mudah melakukan koordinasi dengan kepala daerah tetangga Ibukota.
Sehingga pembangunan transportasi tak hanya terpusat di Jakarta.
Kawasan lain penyangga Ibukota juga akan merasakan dampak pembangunan secara komprehensif karena Menteri Urusan Ibukota bertugas menciptakan kondisi Ibukota yang nyaman dan ramah bagi seluruh warga Indonesia.
Bukan hanya memikirkan Ibukota saja.
Dengan transportasi yang terbangun dari Jakarta hingga kawasan penyangga secara baik, maka akses menuju Ibukota menjadi mudah.
Kawasan pemukiman juga bisa diatur sejalan dengan dibangunnya jalan dan penyediaan moda transportasi di kawasan penyangga.
"Orang tetap senang dan nyaman tinggal di luar ibukota. Kalau mau bekerja atau ada urusan ke ibukota, tak.perlu lama-lama terkena macet karena aksesnya lancar," jelas Yusril.
Masalah sampah yang sempat menjadi pertengkaran dengan daerah tetangga Jakarta, hal tersebut tidak akan terjadi apabila yang menangani Menteri Urusan Ibukota.
Menteri tersebut akan mudah berkoordinasi dengan wilayah tetangga karena mereka menjalankan tugas dari pemerintah pusat.
Sehingga tidak lagi muncul ego kepala daerah.
Selain itu, Jakarta yang diurus oleh menteri, juga bisa turut andil membangun kawasan sekitar dengan memberikan bantuan dana besar yang dimilikinya.
"Misal hendak membangun waduk di Bogor atau Depok, Menteri Urusan Ibukota bisa anggarkan dana untuk membiayainya. Jadi daerah-daerah di luar Ibukota akan menikmati Ibukota sebagai bagian dari pemerintah pusat," lanjut Yusril.
Dengan demikian, Yusril memimpikan Jakarta bukan lagi hanya menjadi milik orang Jakarta.
"Jakarta adalah milik seluruh warga Indonesia karena Jakarta adalah Ibukota Indonesia," tegas Yusril. (*)