Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Rumah Tari Sangishu, Wadah Pelajari Tari Tradisi Lampung

Rumah tari Sangishu, wadah mempelajari tari tradisi Lampung.

Editor: Willem Jonata

Laporan Wartawan Tribun Lampung, Yoga Noldy Perdana

TRIBUNNEWS.COM, BANDAR LAMPUNG - Rumah Tari Sangishu, yang terletak di salah satu pondokan Pasar Seni Enggal, Bandar Lampung, merupakan wadah untuk mempelajari tari tradisional Lampung.

Di Rumah Tari Sangishu, ada 10 orang penari yang aktif. Sedikitnya jumlah penari adalah bagian dari seleksi alam sekaligus menunjukkan betapa sulitnya mendapatkan rasa dan roh, yang dianggap inti dari makna menari itu sendiri.

Pemilik Rumah Tari Sangishu, Agus Gunawan, mengatakan, di sanggarnya memiliki konsep menari tradisi dengan akar tarian Lampung yaitu Bedana, Melinting, serta tarian Jawa.

Di tempat ini, para murid diajarkan bagaimana cara mendapatkan rasa dan roh dalam suatu tarian.

“Di sini muridnya memang tidak banyak. Rata-rata banyak yang tidak kuat untuk belajar tari tradisi," terangnya.

Olah rasa, menurut dia, sang penari harus memiliki penghayatan dalam gerakan tari. "Hal inilah yang sangat sulit dikuasai oleh calon penari,” lanjutnya.

BERITA REKOMENDASI

Melatih olah rasa dalam sanggar tersebut bisa dibilang tidak lumrah. Penari biasanya meraba-raba lantai, tembok, atau pohon untuk melahirkan rasa tersebut.

Kelihatannya sepele. Namun, kata Agus, dari situlah rasa mulai terbentuk. Kemudian diharapkan jadi jati diri dari seorang penari.

Teknik menari di sini jadi nomor kesekian yang dipelajari. Sebab, dengan memiliki rasa dan roh, maka di situ akan terbentuk esensi sebenarnya dari gerakan sebuah tarian.

“Kalau sekedar menari semua orang juga bisa. Namun, menari dengan rasa dan roh, itu yang sangat langka dimiliki oleh kebanyakan penarinya sendiri,” tutur Agus.

Selain melatih olah rasa, penari di sanggar itu juga melatih pernapasan. Tidak jarang para penari kewalahan saat menari saat tidak memiliki nafas dan stamina yang cukup. 


“Intinya kita mencari makna bukan komersialisasi dalam menari. Makanya semua penari di sini digembleng habis-habisan untuk mendapatkan apa itu makna menari,”ujar Agus.(*)

Sumber: Tribun Lampung
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas