VIDEO: Fauzi Bersama Anak dan Istrinya yang Hamil Tua Bertahan di Atas Perahu
"Kemarin gak makan. Anak sudah nangis gak karuan, kasihan. Alhamdulillah sekarang yang kasih makanan katanya dari partai," ujarnya.
Penulis: Yurike Budiman
Editor: Mohamad Yoenus
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Yurike Budiman
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pasca-penggusuran Pasar Ikan Penjaringan, Kampung Aquarium, Jakarta Utara pada Senin (11/4/2016), masih menyisakan tumpukan puing yang sudah rata dengan tanah.
Pantauan Tribunnews.com, beberapa perahu dipakai beberapa warga agar bisa bertahan di sekitar lokasi penggusuran yang dulunya menjadi tempat tinggal sekaligus sumber nafkah para warga RW 04 Kampung Aquarium, Penjaringan, Jakarta Utara ini.
Kawasan yang menjadi tempat bernaung bagi 4.929 jiwa ini, kini menyisakan derita bagi beberapa warga yang tinggal di perahu mereka yang disandarkan di dermaga sekitar lokasi penggusuran.
Sebagian warga korban gusuran ini memang sudah pindah ke rusun Marunda dan Rawa Bebek.
Berbeda dengan Fauzi, yang masih bertahan tinggal di perahunya tanpa makanan.
Ditemui di dekat perahunya, Kamis (14/4/2016), ia bersama istrinya yang sedang hamil 8 bulan dan tiga anak, serta kedua orangtuanya kebingungan tak memiliki makanan.
"Jangankan untuk ngontrak tempat tinggal, untuk makan besok saja saya bingung," ujar Fauzi yang sudah menetap di Pasar Ikan lebih dari 30 tahun.
Ia dan keluarganya sengaja tak mendaftarkan kepindahannya ke tempat yang sudah disediakan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta di rusun Marunda maupun rusun Rawa Bebek.
"Kalau di sana, nanti bayar per bulan Rp 300 ribu, duit dari mana. Saya cuma nelayan, yang kalau lagi bagus sehari Rp 25 ribu dapatnya. Itu saja untuk makan masih kurang," ujar Fauzi.
Pascapenggusuran, ia masih belum bisa kembali melaut. Kini dirinya menghidupi keluarganya dengan mengumpulkan besi-besi sisa reruntuhan bangunan di Pasar Ikan untuk dijual.
"Ini kalau dijual ke pengumpul per kilogram dapat Rp 2 ribu, lumayan bisa buat makan," ujarnya.
Ia sadar tidak bisa selamanya menetap di perahu, belum lagi dengan usia kandungan istrinya yang sudah tua.
"Saya belum tahu mau tinggal di mana setelah ini. Paling sementara ini di perahu dulu," tutur Fauzi sambil melihat istri dan ketiga anaknya.
Para warga yang menetap di perahu harus menghadapi debu-debu yang beterbangan akibat proses penghancuran bangunan tiga hari yang lalu.
Ada sekitar 20 perahu yang kini dijadikan tempat tinggal oleh warga Pasar Ikan.
Sebagian besar dari mereka dulunya adalah warga dari RT 01.
"Total ada sekitar lebih dari 30 KK yang tinggal di perahu, malah perahu saya ada lima KK, karena anak saya satu jadi numpang dulu," ujar Desi, yang sedang menyuapi anaknya dengan nasi bungkus.
Ia dan warga lain baru mendapat nasi bungkus hari ini.
"Kemarin gak makan. Anak sudah nangis gak karuan, kasihan. Alhamdulillah sekarang yang kasih makanan katanya dari partai," ujarnya.
Ia dan suaminya masih belum mengetahui akan ke mana lagi bila semua perahu diusir oleh pemprov DKI.
"Katanya disuruh ke Cilincing, saya nggak tahu lagi harus ke mana, rumah udah nggak ada. Makan saja harus seperti ini, dikasih orang dulu baru makan," ungkapnya. (*)