Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Cukup Bawa Sampah, Anak-Anak Bisa Baca Sepuasnya

Dari sampah membawa berkah.Itulah yang selalu ditanamkan dalam diri Elan Jaelani (32), pendiri Perpustakaan Sampah di rumah pribadinya.

Editor: Mohamad Yoenus

Laporan Wartawan TribunnewsBogor.com, Yudhi Maulana

TRIBUNNEWS.COM, BOGOR SELATAN - Dari sampah membawa berkah.

Itulah yang selalu ditanamkan dalam diri Elan Jaelani (32), pendiri Perpustakaan Sampah di rumah pribadinya.

Pria asal Sukabumi ini mendirikan Perpustakaan Sampah di kediamannya di Kampung Nagrok RT 02/12, Kelurahan Pamoyanan, Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor, Jawa Barat.

Di pagar rumahnya, ia memasang spanduk bertuliskan Perpustakaan Sampah.

Anak-anak di sekitar rumahnya dengan leluasa meminjam berbagai jenis buku tanpa dipungut biaya.

Namun, setiap anak diharuskan membawa sampah apapun, baik sampah plastik, sampah rumah tangga, sanpah organik maupun anorganik.

Berita Rekomendasi

"Saya buka perpustakaan sudah setahun. Tapi untuk perpustakaan sampah ini baru empat bulan. Saya ingin mengajak anak-anak sekitar ini untuk tidak membuang sampah sembarangan," katanya saat ditemui TribunnewsBogor.com, Senin (2/5/2016).

Di depan teras rumahnya yang hanya seluas sekitar 2x4 meter ini, anak-anak bebas membaca buku sesukanya.

Ada buku cerita, buku sejarah, buku pengetahuan alam, majalah anak serta novel.

Buku-bukunya kebanyakan berasal dari koleksi pribadi, dan sisanya dari sumbangan orang lain.

Etalase kaca setinggi dada orang dewasa ia gunakan untuk menaruh kolekai bukunya.

"Kalau sekarang baru ada seratus buku. Semoga saja nanti nambah. Kalau sekarang masih belum bisa dibawa pulang, jadi dibaca di sini saja," tuturnya.

Sampah yang dibawa oleh anak-anak ini diolah dengan beberapa metode.

Untuk sampah organik seperti sampah sisa makanan, sisa kulit buah dan lainnya, ia manfaatkan menjadi pupuk kompos.

Proses pembuatan komposnya juga ia buat sendiri dengan alat sederhana, yang juga buatan tangan dari ayah dua anak ini.

"Kalau membuat pupuk kompos gampang. Saya sudah buat alatnya namaya komposter, yang terbuat dari drum bekas. Jadi sampahnya tinggal dimasukin lalu dituang cairan dekomposer. Tunggu sekitar dua bulan sudah jadi pupuknya," bebernya.

Pupuk kompos yang telah jadi ia gunakan untuk menyuburkan tanaman di halaman rumahnya.

Selain itu, intuk sampah anorganik seperti sampah plastik akan ia manfaatkan untuk membuat kerajinan.

Namun itu masih sebatas rencana karena masih mencari orang yang mengerjakannya.

"Saya pengen rencana buat kerajinan yang terbuat dari limbah plastik ini. Tapi belum ada orangnya yang mengerjakan, saya rencananya ingib mengajak warga sini untuk membuat kerajinan," kata suami dari Feti Nariah ini.

Untuk saat ini, sampah plastik yang telah terkumpul masih dikumpulkan dan telah dipilah-pilah.

Selain membuat pupuk kompos, ia juga telah membuat lubang biopori di selokan depan rumahnya.

Biasanya, perpustakaan sampah ini ramai pada hari libur, terutama hari Minggu.

Anak-anak membaca buku pilihannya sambil mengisi waktu libur di Perpustakaan Sampah.

"Minggu kemarin saja ada 19 anak yang datang ke sini. Karena di teras gak muat, mereka sampai baca di ruang tamu. Saya ingin mengajak anak-anak untuk cinta kepada lingkungnannya, dan juga meningkatkan minat baca mereka," ujar Elan yang sehari-hari bekerja sebagai wiraswasta.

Selain Perpustakaan Sampah, ia juga membuka Warung Sampah.

Jadi, anak-anak yang ingin membeli jajanan bisa membawa sampah plastik minimal satu kilo.

"Kalau satu kilo itu saya kasih mie instan. Tapi kalau dibawah sekilo paling  saya kasih jajanan yang seribu rupiahan," terangnya.

Sejauh ini, ia masih mengelola sendiri Perpustakaan Sampah ini.

Ia berharap ada bantuan dari berbagai pihak untuk menyumbangkan buku agar koleksi buku di perpustakaannya berlimpah. (*)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas