Andi Bau Aisha Jeanni, Lestarikan Budaya Lontara Melalui Batik Bugis
Aisha membuat batik sendiri dengan corak kebudayaan suku Bugis.
Penulis: Fahrizal Syam
Editor: Mohamad Yoenus
Laporan Wartawan Tribun Timur, Fahrizal Syam
TRIBUNNEWS.COM, MAKASSAR - Andi Bau Aisha Jeanni (62), warga Jl Gunung Nona, Lorong 33, No 35, Kelurahan Pisang Selatan, Kecamatan Ujung Pandang, Kota Makassar, kini disibukan dengan aktivitasnya membuat kain batik.
Bukan batik Jawa, atau batik-batik dari daerah lain yang kita kenal selama ini, namun Aisha membuat batik sendiri dengan corak kebudayaan suku Bugis, yaitu Lontara.
Saat ditemui di rumahnya, wanita kelahiran 3 Februari 1954 ini tengah serius menggoreskan sebuah kuas kecil ke atas kain berukuran dua meter yang telah dipenuhi motif lontara.
Kemampuan membatik Aisha tidak diperoleh begitu saja, ia mengaku memperoleh kemampuannya itu saat masih duduk di bangku perkuliahan.
"Tahun 1975 saya kuliah di Universitas Gadjah Mada dan mengambil jurusan Sastra Inggris. Saat kuliah itu saya sering ke rumahnya pak Bagong Kussudiardjo, ayah dari Butet Kartaredjasa untuk belajar membatik," ungkap dia.
Selama kurang lebih dua bulan, setiap sore jika sedang tak ada aktiviitas, Aisha selalu belajar membatik bersama teman-temannya di rumah Bagong.
Untuk Batik Lontara sendiri, Aisha mengatakan baru mulai mengembangkannya pada tahun 2013 lalu. Ia terinspirasi dwngan vanyaknya batik dari berbagai daerah di Indonesia.
"Saya terinspirasi karena waktu itu saya lihat hampir di setiap daerah ada batiknya, tapi kenapa di Makassar tidak ada, akhirnya saya cobalah buat batik bermotif lontara," ujarnya.
Wanita yang juga ketua Majelis Taklim Al Hikmah Pisang Selatan ini mengaku memilih motif lontaran karena memiliki keunikan tersendiri.
"Saya sempat buat motif Toraja, tapi kalau dilihat ternyata motifnya hampir sama dengan motif budaya Batak dan Papua. Makanya saya coba Lontara karena saya anggap unik," kata dia.
Aisha hanya berharap pemerintah bisa lebih sensitif dan merespon para pengusaha kecil, apalagi mereka yang ingin menjaga kebudayaan lokal.
"Saya harap pemerintah mau bantu pengusaha kerajinan lokal untuk melestarikan kebudayaan, supaya budaya kita eksis di dunia internasional, apa lagi banyak yang tertarik," ujarnya.
Produknya pun kini telah dibuatkan kemasan khusus untuk lebih menarik para pembeli.
Tak hanya itu, ia juga mulai mendidik keponakannya untuk menjadi generasi penerusnya.
Ia menamai produknya itu Batik Balla Sari Motif Lontara. Satu lembar batik ia jual di kisaran Rp 400- Rp 1 Juta rupiah.
Ke depannya, Ia juga berniat mengembankan usahanya tersebut. (*)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.