Kepala BMKG Imbau Sulut Waspada La Nina
"(Fenomena) El Nino sudah lewat, sekarang kita prediksi adalah La Nina."
Editor: Mohamad Yoenus
Laporan Wartawan Tribun Manado, Alexander Pattyranie
TRIBUNNEWS.COM, MANADO - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisikia (BMKG) Dr Andi Eka Sakya mengimbau masyarakat untuk siap menghadapi fenomena alam La Nina yang mereka perkirakan akan terjadi pada Juli hingga September mendatang.
Hal itu ia ungkapkan di sela kegiatan 11th Annual Indonesia US Ocean and Climate Observation Analysis and Application Partnership Workshop di Hotel Aryaduta Manado, Jalan Pierre Tendean Boulevard Kecamatan Wenang Manado Provinsi Sulawesi Utara, Jumat (13/5/2016).
"(Fenomena) El Nino sudah lewat, sekarang kita prediksi adalah La Nina di Indonesia itu dampaknya curah hujan berlebihan pada Juli, Agustus, hingga September mendatang ini memberi indikasi," ujar Sakya.
Menurutnya, bila prakiraan tersebut terjadi pihaknya akan menginformasikan ke sektor-sektor terkait seperti pariwisata, pertanian, perkebunan, nelayan, dan sebagainya.
Pasalnya, sebagai negara kepulauan yang terletak di antara dua benua dan dua samudera, maka Indonesia menjadi salah satu pusat kendali sistim iklim dunia.
Pengaruh lokal terhadap keragaman iklim juga tidak dapat diabaikan, karena Indonesia merupakan negara kepulauan dengan bentuk topografi sangat beragam menyebabkan sistem golakan lokal cukup dominan.
Faktor lainnya yang mempengaruhi pola musim pada Indonesia yaitu El Nino Souther Oscillation (ENSO), merupakan perilaku suhu permukaan laut di Pasifik Selatan dan biasanya berasosiasi dengan kejadian iklim ekstrem, sehingga diperlukan Sistem Iklim Maritim yang memiliki kemampuan operasional dalam memonitor dan prediksi.
Untuk mengantisipasi atau menekan dampak yang ditimbulkan oleh fenomena kelautan pihak BMKG perlu meningkatkan kehandalan prediksi serta dibutuhkan model dinamis yang terintegrasi antara sistem atmosfer dan lautan.
BMKG pun menggandeng National Oceanic and Admospheric Administration (NOAA-USA) menyelenggarakan workshop ke-11 ini untuk penguatan kapasitas SDM di bidang kelautan khususnya untuk meningkatkan pelayanan iklim dengan memanfaatkan observasi laut.
"Artinya luas Indonesia butuh satu pengamatan lengkap karena Indonesia 70 persen lautan, daerah mana yang terdampak, kan tidak semua cuacanya sama, ini yang perlu kita kmbamngkan mudah2an kita bisa lebih tepat," harap dia yang saat itu didampingi seluruh kepala stasiun BMKG se-Sulut.
Di waktu berbeda, Kepala BMKG Stasiun Klimatologi Klas II Kayuwatu Manado Juli Setyanto mengatakan, pihaknya selalu melakukan koordinasi dengan pemerintah daerah.
"Selalu kita berikan informasi, kalau ada hal-hal yang sifatnya ekstrem jadi harus siapkan gorong-gorong kebersihan sungai dan sebagainya," ujarnya.
La Nina adalah gejala gangguan iklim yang diakibatkan suhu permukaan laut Samudera Pasifik dibandingkan dengan daerah sekitarnya.
Akibat dari La Nina adalah hujan turun lebih banyak di Samudera Pasifik sebelah barat Australia dan Indonesia.
Dengan demikian di daerah ini akan terjadi hujan lebat dan banjir di mana-mana. (*)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.