Percobaan Pembunuhan Bung Karno Saat Salat Idul Adha: Pelaku Melihat Dua Bayangan Soekarno
Sejarah mencatat, pada 14 Mei 1962 lapangan Istana Merdeka dibuka untuk umum dalam rangka pelaksanaan ibadah Salat Idul Adha.
Penulis: Mohamad Yoenus
Soekarno segera dievakuasi dan pelaku diciduk pasukan keamanan.
Mangil Martowidjojo, Komandan Kawal Pribadi Soekarno kala itu sudah mendapat informasi dari Kapten Dahlan, Komandan Pengawal Istana, terkait percobaan pembunuhan oleh kelompok Darul Islam sehari sebelumnya.
Mendengar peringatan ini ia mengecek kegiatan Soekarno sepekan ke depan.
Dan didapati bahwa momen Salat Idul Adha tersebut adalah yang paling longgar pengamanannya.
Karena pintu Istana Merdeka dibuka untuk umum.
Disebutkan Mangil menyamar mengenakan sarung dan kopiah, ditemani wakilnya, Soedarso berdiri enam langkah di depan Soekarno saat pelaksanaan salat.
Setelah terlihat gerakan mencurigakan si penembak, Mangil langsung menyeret Soekarno dari lokasi dalam keadaan menunduk.
Diikuti Soedarso yang siaga menarik pistol sambil berjalan mundur.
Setelah diinvestigasi, pelaku melihat dua bayangan Soekarno sehingga tembakannya meleset.
Akibatnya pelaku dijatuhi hukuman mati. Namun ketika diajukan, Soekarno menolak menandatangani surat hukuman itu.
“Aku tidak sampai hati memerintahkan dia dieksekusi,” kata Soekarno.
Setelah meletus G30S, tempat tahanan Bachrum dipindahkan dari RTM ke penjara Salemba.
Peristiwa ini jadi perhatian khusus Menteri Pertahanan dan Keamanan, Jendral Abdul Haris Nasution.
Ia menyarankan Soekarno membentuk resimen khusus menjaga dirinya dan keluarganya.
Dalam tim ini harus ada prajurit-prajurit terbaik dari empat angkatan: AD, AURI, AL, dan Polri.
Permintaan ini pun disetujui Soekarno yang mengeluarkan surat keputusan pembentukan resimen kawal bernama Tjakrabirawa pada 6 Juni 1962, saat ulang tahun Soekarno. (wikipedia/alfirusss/berbagai sumber)