Menengok Pembuatan Kopiah Khas Banjarmasin
Bagi muslim laki-laki, utamanya kaum tua, peci atau kopiah bukan lagi sekedar aksesoris, tapi benda wajib yang selalu dipakai di kepala.
Penulis: Rahmadhani
Editor: Mohamad Yoenus
Laporan Wartawan Banjarmasin Post, Rahmadhani
TRIBUNNEWS.COM, BANJARMASIN - Banjarmasin, selain Martapura tentunya, dikenal sebagai salah satu kota yang religius.
Di Kota Seribu Sungai ini, pengajian dan kegiatan keagamaan Islam lainnya, hampir tak pernah absen tiap harinya.
Bagi muslim laki-laki, utamanya kaum tua, peci atau kopiah bukan lagi sekedar aksesoris, tapi benda wajib yang selalu dipakai di kepala.
Nah di Banjarmasin, sayangnya pembuat peci kian langka. Bila ada, itu pun kaum tua.
Salah satu yang tersisa adalah Nurman (58), yang tiap hari memproduksi kopiah di sebuah toko kecil di Jalan Pasar Lama No 1, RT 1 samping eks bioskop Merdeka. Banjarmasin Tengah.
Dengan mesin jahit manual yang juga sudah berusia tua, seorang diri pensiunan PNS Bagian Biro Perlengkapan Pemprov Kalsel ini memproduksi kopiah buatannya.
Nurman mengatakan, pembuat kopiah Banjar di Banjarmasin cuma tersisa dua orang, termasuk dirinya.
"Dulu ramai, membuatnya di toko-toko di pinggir Sungai Martapura. Tapi sekarang jadi siring semua, tokonya pada hilang, pembuatnya juga ikut hilang," katanya.
Kopiah buatan Nurman terbilang eksklusif, beda dengan buatan pabrik lantaran bisa dibuat sesuai pesanan sang empunya peci.
"Mau motif bagaimana bisa, diukur sesuai ukuran kepada atau diberi nama pada pecinya. Harganya satu peci yang sesuai pesanan Rp 350 ribu," katanya.
Bagaimana Nurman membuat peci dengan tangannya sendiri yang kemampuannya diperoleh turun temurun dari kakeknya dulu, lihat video berikut. (*)