Pementasan Lakon Wu Wei oleh Teater Kober
Berkat Yakin (Kober) merupakan komunitas atau ruang silaturahmi di Lampung yang mempertemukan seni dan pemikiran.
Editor: Willem Jonata
Laporan Wartawan Tribun Lampung, Yoga Noldy Perdana
TRIBUNEWS.COM, BANDAR LAMPUNG – Berkat Yakin (Kober) merupakan komunitas atau ruang silaturahmi di Lampung yang mempertemukan seni dan pemikiran.
Komunitas yang berdiri pada tahun 2002 ini, lebih memusatkan kepada proses pengembangan jati diri anggotanya melalui seni teater dan sastra.
Kober selalu berusaha menampilkan pementasan yang segar, menggelitik melalui cara berpikir serius, romantik, terkadang bertindak rock n roll.
Selama ini mereka mementaskan pertunjukan teater berjudul “Wu Wei dan Siapa Nama Aslimu”, “Rashomon”, dan “Dajang Rindoe”. Pertunjukan itu menghiasi dunia berkesenian di Lampung maupun nasional.
Ketua Harian Kober, Iskandar Gebe menuturkan, kunci teater ini adalah bagaimana seorang aktor secara maksimal mengolah jiwa raganya. Kemudian beraksi di atas panggung dan menggugah emosi penonton melalui lakon yang dipentaskan.
Pada sisi sastra, Kober melakukan kegiatan rutinnya dengan belajar membedah, mangkaji, serta mengolah cerpen atau novel karya penulis terkenal.
Selain itu ada pula kelas menulis. Kegiatan ini melibatkan sastrawan Lampung yang nama dan karyanya sudah akrab dengan sejumlah media lokal dan nasional. Misalnya Ari Pahala Hutabarat, Inggit Putri Marga, Fitri Yani, Yuli Nugrahani, Yulizar Fadli.
“Pendidikan dan pelatihan menulis sangat penting bagi perkembangan pemikiran,”ujar Iskandar.
Kober sendiri dimotori oleh Ari Pahala Hutabarat. Ia mendeklarasikan berdirinya komunitas teater independen di Lampung.
Awalnya, Komunitas itu bernama Kelompok Sandiwara Berkat Yakin. Namun, pada 2004 diubah jadi Komunitas Berkat Yakin, disingkat KOBER.
Komunitas ini muncul untuk merespons kegelisahan sejumlah alumnus UKMBS Unila yang tetap ingin berkesenian.
Banyak karya-karya besar dunia yang digarap oleh Kober. Misalnya, Rashomon karya penulis terkenal Jepang Ryunosuke Akutagawa.
Ari Pahala Hutabarat menggarap naskah asli Jepang ini dengan konsep teater rakyat supaya pemain lebih dekat dengan penontonnya.
Indonesia memang lebih akrab dengan teater rakyat. Sebut saja ketoprak dan ludruk di Jawa, lenong dan topeng Betawi di Jakarta, randai di Minang, dan didong di Aceh.
Sementara, di Lampung ada warahan. Itu adalah sejenis teater rakyat yang berisi nasihat. Makanya lakon Rashomon yang digarap Teater Kober tampak sekali gaya warahannya.
Dengan mengadopsi unsur-unsur tradisi, Teater Kober seolah ingin menunjukkan bahwa hidup itu sendiri adalah sebuah masalah eksistensial bagi semua orang. Ini sekaligus menunjukkan bahwa keindahan seni bersifat universal.(*)