Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Ingat Pada Kematian, Warga Kampung Bugis di Bali Berziarah ke Makam Ini

Saat berziarah, mereka menyiram kembang dan air suci di makam tertua di kuburan atau Setra.

Editor: Willem Jonata

Laporan Wartawan Tribun Bali, I Made Ardhiangga

TRIBUNNEWS.COM, DENPASAR - Jelang Ramadan, ratusan warga Kampung Bugis di Bali nyekar atau beziarah.

Mereka long march dari Masjid di Jalan Pendidikan Denpasar Bali hingga ke komplek pemakaman di jalan tersebut.

Saat berziarah mereka menyiram kembang dan air suci di makam tertua di kuburan atau Setra tersebut.

"Kami mulai dengan doa, dan menabur bunga dan air untuk Isa Lama (Slamet, dalam bahasa Jawa) atau bahasa Arabnya ialah Syech Abdullah Hanafi dan Istrinya Umi Klusum, yang membawa awal-awal orang Bugis di Bali," kata Muhammad Nufatah, Sesepuh Kampung BugisDenpasar Bali, Sabtu (4/6/2016).

Menurut dia, ‎tujuan dari nyekar tidak lain adalah syiar agama Islam. Nyekar adalah untuk mengingatkan diri pada kematian sekaligus bentuk ketakwaan. Mereka panjatan doa untuk pendahulu-pendahulunya.

"Kita tidak bisa menolak, jika akan juga berada di sini (kuburan) dan akan menuju ke kematian. Ini juga bagian mengingat saudara-saudara kita dulu," tukasnya.

Berita Rekomendasi

Umat Muslim Kampung Bugis melakukan ziarah kubur di makam orang tertua yang membawa orang Bugis ke Bali. Dia adalah Syech Abdullah Hanafi dan Umi Kulsum.

Menariknya, selain dua orang di atas, ada makam Putra Raja Bone. Putra Raja Bone yang sudah ratusan tahun lalu berada di Bali.

Menurut Muhammad Nufatah, Sesepuh Kampung BugisDenpasar, Putra Raja itu yang datang setelah Syech Abdullah Hanafi ialah Isya Rafiq putra Raja Bone.

Isya Rafiq tidak diketahui kapan meninggalnya hanya diketahui dimakamkan pada Ahad.
"Ia (Isya Rafiq) adalah anak dari penguasa Watambone. Ibu kota kerajaan Bone," ucapnya, Sabtu (4/6/2016).

Namun, Nufatah mengaku memang belum memiliki keontetikan terhadap makam tersebut. Hanya saja, proses tabur bunga dan nyiraman sudah dilakukan semenjak ia kecil, dan begitu juga dengan orangtuanya.

"Artinya adalah saling memaafkan dan saling memberikan doa. Supaya banyak berkah di bulan suci ramadan," tandasnya.

Ia menambahkan, jika memang untuk warga Kampung Bugis lebih sering melakukan ziarah kubur ketika menjelang adanya bulan suci Ramadan. Tidak seperti umat yang mungkin saban hari Jumat atau sesudah bulan suci Ramadan.

"Intinya supaya selalu ingat bahwa kita tidak bisa menolak akan berada di sini juga," ujarnya.(*)

Sumber: Tribun Bali
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas