Gerakan Tolak Revitalisasi Pasar Cinde Palembang, Ini Alasannya
Komunitas Save Pasar Cinde terus mengkampanyekan penolakan terhadap revitalisasi Pasar Cinde Palembang, Sumatera Selatan (Sumsel).
Editor: Willem Jonata
Laporan Wartawan Tribun Sumsel, Siemen Martin
TRIBUNSUMSEL.COM, PALEMBANG - Komunitas Save Pasar Cinde terus mengkampanyekan penolakan terhadap revitalisasi Pasar Cinde Palembang, Sumatera Selatan (Sumsel).
Diketahui Pemerintah Sumsel berencana merevitalisasi Pasar Cinde jadi 12 bangunan bekerjasama dengan PT Aldiron.
Komunitas tersebut beralasan merevitalisasi Pasar Cinde berarti menghilangkan cagar budaya sekaligus menghilangkan identitas kota Palembang.
Dalam diskusi yang dihadiri Ketua Arsitek Indonesia Sumsel Zuber, K[etua Heritage Palembang Ari Siswanto, dan Seniman Vebri Alintani, disebut bahwa Pasar Cinde selama ini menjadi roh Palembang.
Hal itu diungkapkan oleh ahli arkeologi, Retno Purwanti saat diskusi #savepasarcinde di studio bambu Unsri, Kamis (16/6/2016).
Gerakan Save pasar Cinde ini juga telah melakukan petisi di media sosial. Mereka bahkan telah meminta Presiden untuk menghentikan revitalisasi tersebut.
Identitas masyarakat Palembang tak terlepas dari keberadaan Pasar Cinde yang setara dengan BKB, jembatan Ampera.
Ketua IAI Sumsel Zuber menerangkan, pasar cinde yang memiliki ciri khas berupa kolom cendawan yang menunjang atap dan plafonnya, merupakan buah pikiran Karsten dan menjadi ciri khas pasar Johar (Semarang).
Kolom cendawan itu menggambarkan sebuah filosofi pepohonan yang melindungi banyak pasar tradisional di Indonesia.
Secara arkeologis-historis, pasar cinde termasuk kategori monumen kontemporer yang merekam perubahan konsep pasar dan perdagangan masyarakat Palembang.
Usianya yang melebihi 50 tahun termasuk dalam kategori bangunan cagar budaya sesuai pasal 5 undang-undang nomor 11 tahun 2010.(*)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.