Air Mata Fadilah Tumpah Memohon Keadilan di Hadapan Majelis Hakim
Fadilah tak mampu menahan sedih di hadapan Majelis Hakim Pengadilan Negeri Tanjungkarang.
Penulis: Wakos Reza Gautama
Editor: Mohamad Yoenus
Laporan Wartawan Tribun Lampung, Wakos Gautama
TRIBUNNEWS.COM, TANJUNGKARANG -- Fadilah tak mampu menahan sedih di hadapan Majelis Hakim Pengadilan Negeri Tanjungkarang, Rabu (3/8/2016).
Airmatanya tumpah saat majelis hakim meminta dirinya menambahkan keterangan mengenai kasus yang menimpa keponakannya, Muhammad Shendy Septian (18).
“Saya minta keadilan yang mulia di pengadilan ini,” tangisnya dengan kedua telapak tangannya menyatu tanda memohon.
Menurut Fadilah, Sulaiman, ayah Shendy sampai meninggal dunia karena memikirkan kasus yang menimpa anaknya itu.
Di malam sebelum meninggal dunia, tutur Fadilah, Sulaiman menanyakan tentang perkembangan kasus pengeroyokan anaknya yang tak kunjun rampung setelah hampir dua tahun.
“Ayahnya sebelum meninggal menitipkan pesan agar kasus ini cepat selesai,” ujarnya.
“Alhamdulillah setelah tiga tahun kasusnya sampai ke pengadilan. Pelakunya sudah ditangkap,” kata dia sembari mengusap mata yang basah.
Fadilah menjadi saksi atas kasus pengeroyokan terhadap Shendy.
Shendy yang berada di samping Fadilah hanya diam di kursi rodanya melihat bibinya menangis.
Shendy sendiri tidak bisa memberikan kesaksian karena tidak bisa bicara lagi setelah dikeroyok.
Awalnya majelis hakim meminta Shendy untuk memberikan kesaksian.
“Shendy tidak bisa bicara yang mulia,” kata jaksa penuntut umum Suprianti.
Suprianti mengatakan, Shendy juga tidak bisa memberikan keterangan saat penyidikan di kepolisian karena dalam keadaan koma.