Pedagang Pinang yang Mulai Sulit "Memanjat"
Batang pohon Pinang tersebut menutupi ruas pedestrian yang ada, sehingga pengguna jalan harus menyisir bahu jalan untuk melewati jalan tersebut.
Penulis: Amriyono Prakoso
Editor: Mohamad Yoenus
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Amriyono Prakoso
TRIBUNEWS.COM, JAKARTA - Siang itu, puluhan batang pohon Pinang tergeletak di sisi Jalan Slamet Riyadi, tepatnya jalan menuju stasiun Manggarai, Jakarta Selatan.
Batang pohon Pinang tersebut menutupi ruas pedestrian yang ada, sehingga pengguna jalan harus menyisir bahu jalan untuk melewati jalan tersebut.
Hal itu lumrah terjadi saat menjelang Hari Kemerdekaan Indonesia setiap tahunnya, karena batang pohon Pinang dengan berbagai ukuran itu dijual sebagai perlombaan 17 Agustus di berbagai daerah di Jabodetabek.
Satu di antara puluhan penjual batang pohon Pinang yang berada di kawasan itu, Yusuf (65) menjelaskan bahwa dirinya sudah berjualan batang Pinang selama puluhan tahun saat menjelang Hari Kemerdekaan.
"Iya saya pedagang musiman saja, tapi kalau setiap tahun mau 17-an, saya selalu jual Pinang, karena biasanya untungnya lumayan ketimbang jual bendera," jelasnya kepada Tribun, Sabtu (13/8/2016).
Dia yang saat itu terlihat sibuk menghaluskan bambu untuk dikaitkan di ujung batang, mengungkapkan tahun ini dirinya hanya membawa 60 batang pohon, karena melihat sepinya antusiasme warga untuk membeli Pinang untuk lomba Panjat Pinang.
Ketika ditemui Tribun, dia mengatakan bahwa untuk batang pohon yang terjual belum seberapa banyak dibandingkan dengan hari yang sama pada tahun lalu.
"Tahun kemarin saya berani bawa 100 batang, malah kurang saya nambah lagi 25 batang, sekarang sudah tidak berani. 60 saja kalau terjual sudah lumayan," lanjutnya.
Batang pohon tersebut diambilnya dari daerah Sukabumi dan Banten karena persediaan Pinang yang semakin menipis di daerah yang sudah menjadi langganannya sejak lampau.
Bermodal Rp 3 juta untuk 60 batang pohon yang belum halus, Yusuf beserta empat temannya harus merogoh kocek lebih dalam untuk menghaluskan batang tersebut hingga siap untuk dilumuri gemuk dan oli, serta menghiasinya dengan cat berwarna merah dan putih di lingkaran bambu.
Harga setiap sembilan meter batang pohon Pinang yang ia jual mencapai Rp 700 ribu, tetapi masih bisa ditawar sesuai dengan kesepakatan.
Apabila pembeli meminta batang pohon itu diantar, maka akan ada harga tambahan untuk biaya transportasi.
"Masih bisa ditawarlah, saya juga mengerti mana untuk di kampung dan mana untuk di perusahaan. He he he," katanya dengan nada bercanda.
Yusuf menjelaskan dari hasil penjualannya tersebut, dia akan membagi kepada tiga orang lainnya yang bersama dirinya menjual batang pohon Pinang sampai batang tersebut habis, atau setidaknya setelah seminggu usai 17 Agustus karena biasanya tidak ada lagi pemesanan.
Sebagian yang ia terima akan disimpan hingga mendapatkan pekerjaan yang lain, melihat dirinya hanya sebagai pekerja serabutan yang belum tentu mendapatkan pekerjaan dalam satu bulan. (*)