Hampir Rampung, Pabrik Semen Canggih Ini Diharapkan Bisa Produksi 3 Juta Ton Per Tahun
Tenaga kerja di pabrik semen ini semuanya orang Indonesia. Termasuk warga Rembang. Tidak ada orang asing.
Editor: Willem Jonata
Laporan Wartawan Tribun Jateng, M Zainal Arifin
TRIBUNNEWS.COM, REMBANG - Pembangunan pabrik semen milik PT Semen Gresik (Semen Indonesia Group) hampir rampung.
"Efektif mulai dibangun sejak Februari 2014 sampai sekarang atau sudah 31 bulan, progres pembangunan pabrik sudah mencapai sekitar 95 persen," kata Head of Enginering and Construction pabrik semen, Heru Indra Wijayanto, Senin (22/8/2016).
Heru menjelaskan, pabrik yang dilakukan groundbreaking pada Juni 2014 lalu ini, dijadwalkan akan dilakukan uji coba 21 September besok. Selain itu, akan dilakukan tes performa mesin (performance test) di akhir 2016.
"Harapan kami di akhir 2016, pembangunan pabrik telah selesai dan siap produksi sesuai kualitas dan kemampuan yang diinginkan yaitu 3 juta ton per tahun," harapnya.
Seorang manajer lain, Wahyu Purnomo menjelaskan, pabrik semen di Rembang dengan nilai Rp 4,452 triliun ini, nantinya menjadi pabrik tercanggih milik PT Semen Indonesia.
Saat ditanya mengenai keterserapan warga Rembang sebagai tenaga kerja, Wahyu mengatakan selama proyek pembangunan telah menyerap warga 1.079 orang di ring 1.
Wilayah itu meliputi Desa Tegaldowo, Pasucen, Kajar, Timbrangan dan Kadiwono. Sedangkan ring 3, 1.181 warga di luar Kabupaten Rembang dan 2.919 orang tenaga di luar Jawa Tengah.
"Total pekerja saat proyek pembangunan yaitu 5.170 orang. Semuanya orang Indonesia meliputi Rembang, Jawa Tengah dan di luar Jawa Tengah. Tidak ada orang asing," jelas Wahyu.
Komponen bahan pabrik menggunakan 80 persen atau 31,087 ton peralatan menggunakan lokal Indonesia. Sedangkan 7.712 ton lainnya atau 19.88 persen hasil impor.
Ia menambahkan, dari rencana penggunaan lahan seluas 1.400 hektar, tidak sepenuhnya bisa dilakukan penambangan.
Dari keterangan ahli penambangan, hanya 512 hektar yang bisa dibudidayakan karena terkendala mata air dan ponor. Meski demikian, lahan tersebut masih bisa diproduksi selama 130 tahun.(*)