Menggali Permukiman Kuno di Madiun
Situs Ngurawan di Madiun memiliki potensi tinggalan arkeologi dan toponim, atau nama tempat yang dapat dikaitkan dengan masa lampau.
Editor: Willem Jonata
Selain itu, nama Jayakatyang dari Glang-glang ini juga disebutkan dalam prasasti Kudadu 1216 saka/ 1294 Masehi yang ditemukan di Gunung Butak.
Namun, lanjut Rita, jika dikaitkan dengan prasasti yang tertulis di sebuah umpak yang ditemukan tak jauh dari lokasi penggalian, diperkirakan usia bangunan terbuat dari susunan batu bata itu sama.
Kini umpak bertuliskan prasasti itu berada di halaman sekolah dan masjid milik yayasan Ibaduhrohim/MI Throiqul Huda, di Dusun Ngrawan, Desa Dolopo, Kecamatan Dolopo.
"Di situ (umpak) tertulis angka tahun 1320 Saka/1398 Masehi. Yang tertera di umpak yang kami temukan, sehingga diperkirakan (usianya) hampir sama, satu zaman," terangnya.
Selama melakukan penggalian, selain ditemukan struktur bangunan terbuat dari batu bata (tanah liat), tim juga menemukan pecahan atau fragmen dari bahan gerabah atau tembikar.
"Ada tempoyan, kendi, cawan juga ada pecahan keramik, juga rangka," katanya.
Temuan-temuan tersebut akan dikumpulkan dan didata selanjutkan akan diteliti lebih lanjut.
Sementara itu, peneliti dari Pusat Arkeologi Nasional, Prof.Ris.DR.Bambang Sulistyanto yang ikut terlibat dalam penelitian memperkirakan Situs Ngurawan dulunya merupakan sebuah pemukiman kuno yang ditempati warga beragama Hindu.
"Dulu di sini ramai sekali. Karena ada banyak bangunan-bangunan seperti ini. Ini menunjukan, situs ini pusat kehidupan manusia tapi tingkat kecamatan," jelasnya.
Meski demikiaan, saat ini belum diketahui apakah struktur bangunan di Situs Ngurawan bersifat sakral atau hanya bangunan profan.
"Tapi yang jelas ini situs pemukiman kuno. Dan di sekitar desa ini ada banyak sekali," kata Bambang yang mengaku sudah berkeliling ke beberapa desa di Kecamatan Dlopo.(*)