Masih Dipercaya, Ini 7 Mitos Seputar Hari Raya Imlek
Beberapa mitos masih dipercaya oleh orang Tionghoa saat merayakan tahun baru Imlek, ini dia 7 mitosnya
Editor: Content Writer
TRIBUNNEWS.COM - Tak terasa, sebentar lagi Hari Raya Imlek akan tiba. Para warga Tionghoa akan merayakan hari besar yang penuh sukacita. Namun, dibalik perayaan tersebut nggak jarang kita mendengar berbagai mitos terkait perayaan Imlek. Bahkan, beberapa mitos ini masih dipercaya sampai sekarang oleh orang-orang Tionghoa saat merayakan tahun baru Imlek.
Kepercayaan tersebut masih tetap dijaga dan dilestarikan meski sudah berlangsung ratusan tahun lamanya. Nah, apa saja mitos yang beredar seputar perayaan Imlek? Simak ulasannya berikut ini!
1) Pantang makan bubur
Menurut orang Tionghoa, bubur dianggap sebagai simbol kemiskinan. Makanya, saat perayaan Imlek, orang Tionghoa dilarang menyajikan dan memakan bubur.
Selain bubur, pantangan lain saat menyantap sajian imlek adalah ketika menikmati menu ikan. Menurut mitos, membalik ikan saat makan akan berdampak pada keberuntungan. Jika ingin mengambil daging pada sisi lain ikan, posisinya harus tetap dipertahankan. Konon ini melambangkan nilai surplus untuk tahun berikutnya.
2) Pantang bersih-bersih rumah saat hari Imlek
Selain dilarang makan bubur, orang Tionghoa juga dilarang menyapu dan mengepel lantai rumah. Pasalnya, hal ini dipercaya mendatangkan kesialan dan menghilangkan seluruh berkah tahun baru di rumah. Biasanya, banyak orang Tionghoa melakukan bersih-bersih rumah sehari sebelum dan sesudah hari Imlek agar tetap dinaungi keberuntungan.
3) Memotong rambut
Saat perayaan tahun baru, pasti sejumlah orang ingin memiliki penampilan yang on point. Hal ini biasanya bisa dilakukan dengan memotong rambut untuk mendapatkan penampilan baru.
Namun, hal ini justru dihindari oleh orang Tionghoa. Menurut mitos, memotong rambut saat hari raya Imlek bisa memotong semua keberuntungan dan nasib baik di tahun yang baru.
4) Keramas
Selain larangan memotong rambut, orang Tionghoa juga nggak boleh keramas saat hari pertama perayaan Imlek, loh! Sebab rambut memiliki pengucapan dan karakter yang sama dengan fa di dalam facai, yang berarti 'untuk menjadi kaya.’ Jadi, keramas dianggap seperti menghapus atau mengurangi keberuntungan sepanjang tahun berikutnya.
5) Membuka pintu dan jendela
Tahun baru saatnya untuk menyambut keberuntungan baru, hal ini dipercaya oleh orang Tionghoa dengan membuka semua jendela dan pintu yang ada di rumah saat tengah malam di malam Tahun Baru Imlek. Hal ini masih dipercaya karena diketahui dapat membiarkan segala hal di tahun yang lama keluar rumah sekaligus mempersilakan berbagai keberuntungan di tahun yang baru masuk.
6) Pakai warna serba merah
Hari Raya Imlek sangat khas dengan warna merah, tapi tahu nggak sih alasan menggunakan warna tersebut? Mitosnya warna merah mampu menakuti roh-roh jahat, sehingga mereka tidak akan berani dekat-dekat.
Sebaiknya hindari pakai warna hitam dan putih saat Imlek. Warna hitam sendiri merupakan simbol peruntungan buruk, sementara warna putih adalah warna yang dipakai orang Tionghoa saat pemakaman.
7) Isi amplop merah harus genap
Tradisi memberikan angpao berkaitan dengan kesejahteraan. Biasanya, angpao wajib diberikan oleh orang yang sudah berkeluarga kepada orang tua dan anak-anak. Ternyata saat memberikan angpao, jumlah yang ada di dalamnya haruslah genap. Ini karena uang yang jumlahnya ganjil itu biasa diberikan di pemakaman.
Aturan lain yang harus diketahui adalah jumlah uang yang diberikan nggak boleh mengandung angka 4. Pengucapan angka 4 dalam bahasa China itu mirip dengan kata ‘kematian’. Disarankan memberi uang yang mengandung angka 8, karena ini adalah angka keberuntungan dalam tradisi Tionghoa.
Itu dia beberapa kepercayaan yang masih dipercaya oleh orang Tionghoa saat Imlek sampai saat ini.