Menpar Arief Yahya Tegaskan Kembali CEO Commitment Destinasi Sumbar
Ajang Launching Tour de Singkarak (TdS) 2016 di Balairung, Gedung Sapta Pesona, Medan Merdeka Barat dijadikan brainstorming Menpar Arief Yahya.
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ajang Launching Tour de Singkarak (TdS) 2016 di Balairung, Gedung Sapta Pesona, Medan Merdeka Barat rupanya dijadikan brainstorming Menpar Arief Yahya, 25 Juli 2016 lalu.
Selain audience terheboh, terbanyak, terpenuh selama peluncuran event dihadiri Gubernur Sumbar Irwan Prayitno, dan beberapa bupati di sana.
Mantan Dirut Telkom itu juga paling lama berbicara di depan podium, sampai hampir 25 menit.
Tema pidato Menpar Arief Yahya juga tak lebih dari 20 persen bertema Tour de Singkarak 2016.
Sisanya, menegaskan kembali komitmen dan keseriusan Kemenpar untuk mensupport para CEO mewujudkan sektor pariwisata sebagai pilihan prioritas di sana.
Di event sport tourism itu pria asli Banyuwangi itu hanya memastikan bahwa 2017 Kemenpar akan mendukung event balap sepeda internasional itu.
"Saya pastikan, 2017 Kemenpar akan mendukung kembali TdS ini," sebut Arief Yahya pendek.
Menpar mengingatkan kembali soal CEO Commitment untuk membangun kepariwisataan di Sumbar.
Terutama Kawasan Mandeh di Kab Pesisir Selatan, yang sudah ditetapkan sebagai "Raja Ampat"-nya Sumatera.
Dia mengibaratkan, jika seorang ingin berhati tenteram, damai, sukses, maka sudah betul dia sungguh-sungguh berusaha dan rajin berdoa kepada Tuhan.
"Kalau Pak Gubernur tiap Minggu datang ke Kemenpar, mengurus pariwisatanya, saya yakin kawasan itu akan cepat menjadi destinasi kelas dunia," ujarnya.
Soal homestay, Arief Yahya mengalokasikan 1000 pondok wisata yang bisa dimiliki dan dikelola oleh masyarakat.
Skemanya B to B, business to business, dengan skema pinjaman bank dengan uang muka 1%, bunga 5%, masa tenor 20 tahun, dengan hitungan cicilan sekitar Rp 800 ribu per bulan.
Itu bisa dikompensasi cukup dengan 2 week end saja, Sabtu-Minggu.
"Syaratnya, menggunakan arsitektur nusantara! Kalau di Sumbar ya dengan desain rumah begonjang," tutur Arief menjelaskan short term programme-nya.
Untuk middle term-nya, lanjut Arief, adalah menyiapkan lahan minimal 500 hektar untuk dibangun Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Pariwisata.
Dia mencontohkan seperti Tanjung Kelayang Belitung, KEK tercepat yang pernah ada dan satu-satunya kawasan pariwisata yang tiga bulan ditanda tangani Presiden Joko Widodo.
"Tahap I KEK Tanjung Kelayang menyiapkan lahan 324 hektare, diteken Maret 2016, sudah mulai ground breaking untuk hotel bertaraf internasional bulan Agustus - September 2016," tutur dia.
Contoh lain adalah Badan Otoritas Pariwisata (BOP) Danau Toba Sumtera Utara.
Ada tujuh bupati yang sudah kompak membangun pariwisata di Toba.
"Kini sudah disiapkan 500 hektare untuk membangun amenitas, untuk Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Pariwisata yang akan mendapatkan banyak insentif, baik pajak maupun fiskal," tandasnya.
Sedangkan soal long term-nya, Menpar Arief Yahya menyebut ada investor dari Middle East yang mulai tertarik dengan Mandeh.
Jika mereka berinvetasi ke Sumbar, sudah hampir pasti mereka akan membawa pasar Timur Tengah ke sana.
"Mandeh juga relatif dekat dari domestik market utama Jakarta. Penerbangan tidak lama, dan relatif murah dibandingkan dengan wisata bahari Raja Ampat," ungkapnya.
Tersirat, Menpar meminta kepada CEO di Sumbar untuk bergerak lebih cepat, membangun pariwisata di sana.
"Pariwisata adalah cara yang paling cepat, paling mudah dan paling murah untuk mendapatkan devisa! Bedanya devisa yang dihasilkan dari pariwisata itu diambil di dalam negeri. Jadi, tidak ada pilihan yang lebih baik dan lebih cepat untuk mensejahterakan Sumbar, selain pariwisata," katanya.