Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Tentoonstelling Night, Jadi Pasar Sentiling di Kota Lama Semarang

Tentoonstelling acara di Semarang diselenggarakan bersamaan dengan Festival Kota Lama dan Pasar Malam Sentiling 2016, 16-18 September ini.

zoom-in Tentoonstelling Night, Jadi Pasar Sentiling di Kota Lama Semarang
Kemenpar
Tentoonstelling yang diperingati dan dikemas dengan Festival Kota Lama dan Pasar Malam Sentiling 2016, pada 16-18 September 2016. 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Semarang kaya akan heritage peninggalan Belanda.

Baik benda yang kasat mata seperti karya arsitektural di Kota Lama, maupun cerita kebudayaan yang masih menempel di ingatan publik.

Salah satunya adalah Tentoonstelling, yang diperingati dan dikemas dengan Festival Kota Lama dan Pasar Malam Sentiling 2016, 16-18 September ini.

Lokasinya di Kolam Retensi “Polder” Tawang, persis di depan stasiun kereta api.

“Acaranya keren. Ada performance musik Barat, dan musik Nusantara. Ada jenis klasik, jazz, dan nge-rock. Semua tampil saat pembukaan hingga selesai. Penyanyi Tri Utami juga tampil, lalu hari ke-2 panggung diisi oleh Symphony Kota Lama,” jelas Hari Untoro Drajad, Staf Ahli Menteri Pariwisata Bidang Multikultural di Kota Leonpia Semarang.

Acaranya sendiri tergolong sukses, menurut Hari, antusiasime warga kota Semarang cukup tinggi menyaksikan pertunjukan demi pertunjukan.

Pasar Malam Sentiling 2016 sendiri baru digunakan mulai tahun 2014.

Menpar Arief Yahya mengapresiasi kegiatan untuk menghidupkan Kota Lama ini.

Sebelumnya festival tahunan ini diberi nama Festival Kota Lama.

Saat itu tema Festival Kota Lama 2014 adalah Merayakan Semarang, yang sekaligus memperingati sebuah perhelatan akbar di era kolonial Belanda bernama Tentoonstelling.

Tentoonstelling merupakan Pameran Terbesar pada tahun 1914 yang diikuti oleh beberapa negara seperti China, Australia, dan lain-lain.

Dalam acara ini diadakan juga pertandingan sepak bola internasional yang pertama, sehingga pameran ini menjadi bagian penting dari sejarah persepakbolaan Indonesia.

Tak dapat dipungkiri jika dengan adanya Tentoonstelling ini telah menjadikan kota Semarang menjadi mendunia.

Menyadari itu semua, kata Hari, maka diadakanlah kegiatan serupa untuk kembali mengenang acara tersebut.

Namun kata “tentoonstelling” oleh masyarakat Jawa diplesetkan menjadi “sentiling” karena pengucapan kata menjadi lebih mudah.

Tema besar Pasar Malam Sentiling kali ini adalah “Kuno Kini Nanti”.

Ini menunjukkan bahwa situasi dimasa lampau, sekarang dan dimasa yang akan datang memiliki keterkaitan satu sama lain.

Kawasan Kota Lama nantinya akan dibagi sesuai dengan tema acara.

Di area Kuno, akan dihadirkan berbagai kuliner tempo doeloe, berpakaian tempo doeloe, photobooth yang sejalan dengan tema tempo doeloe, lagu-lagu tempo doeloe di tahun-tahun sebelum 1960 dan pasar klitikan.

Di area Kini yang berada di wilayah sekitar Kolam Retensi Tawang akan ada panggung apung (floating stage).

Mirip seperti di Pesona Danau Toba 2016 lalu.

Panggung tersebut akan menjadi tempat pertunjukkan bagi artis-artis Indonesia yang akan mengkolaborasikan musik klasik, jazz, dan lain sebagainya dengan musik Nusantara masa kini.

Area Nanti akan diisi dengan pameran foto, gambar dan hasil research vision branding Kota Lama bekerjasama dengan The Missing Link dari Belanda.

Dan yang tak kalah menarik adalah adanya pameran foto tentang kehidupan di Kota Lama oleh fotografer asal Belanda, Isabelle Boon (dipamerkan di Tekodeko Koffiehuis).

Festival tahun ini memiliki 3 gerbang utama, yaitu di Taman Srigunting dan dua gerbang di jalan Merak.

Tahun ini disediakan 2 Kantong Parikir VIP, yaitu di jalan Suari dan jalan Letjen. Suprapto.

Pasar Sentiling akan memberikan pengalaman yang sangat mengesankan dan tak akan dilupakan.

“Pada masanya pasar malam ini merupakan World Expo. Untuk meningkatkan kunjungan Wisnus dan Wisman di kota lama Semarang ini ditampilkan juga gelar Fashion Show, pameran warisan Budaya yg terkait dengan pengembangan kota dgn Arsitek Karsten, dan lainnya,” kata Hari Untoro.

“Penyebutan Tentoonstelling oleh penduduk Semarang, lidah Jawa menjadi Pasar Malam Sentiling. Banyak yang tidak tahu, karena itu kegiatan ini menjadi edukasi yang baik terhadap sejarah masa lalu. Pasar malam ini merupakan event tahunan yg pada tahun ini merupakan tahun ke-5,” kata dia.

Menurut Hari, ada fotografer Belanda, Isabelle Boon tahun ini ikut berpartisipasi dalam perhelatan tahunan Pasar Malam Sentiling 2016.

Ia akan menggelar pameran foto “Heritage in Transition” di Tekodeko Koffiehuis Kota Lama, sebuah proyek foto tentang orang-orang yang menggunakan peninggalan kolonial Belanda di Kota Lama Semarang dan Kota Tua Jakarta.

Pameran ini akan menggambarkan penjelajahan sosial yang mengungkap hubungan penghuni setempat dengan bangunan-bangunan historis.

Juga, memperlihatkan bagaimana orang- orang hidup dan menciptakan kehangatan rumah.

Bagaimana para pekerja bangunan berusaha merekontruksi kembali pesona tempo dulu dan bagimana para pemilik memberi fungsi baru untuk gedung-gedung tua dan dengan itu menarik serta melibatkan publik baru. 

Admin: Sponsored Content
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas