Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Menjelajah Empat Desa Wisata Suku Sasak di Sekitar Mandalika

Empat desa wisata Suku Sasak di NTB memiliki budaya masyarakat yang membuat anda betah berlama-lama di dalamnya.

zoom-in Menjelajah Empat Desa Wisata Suku Sasak di Sekitar Mandalika
Kompas.com/I Made Asdhiana
Suku Sasak di Desa Sade, Kabupaten Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat. Warga Desa Sade menjajakan kain tenun khas Lombok kepada wisatawan yang berkunjung ke kampung tradisional tersebut. 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Jika kali kesekian berkunjung ke Mandalika, Nusa Tenggara Barat (NTB), cobalah tidak sekadar menikmati keindahan alam tapi juga budaya masyarakatnya. Caranya, berkunjung ke satu dari empat desa wisata Suku Sasak yang tidak jauh dari Mandalika.

Berikut empat desa wisata Suku Sasak yang layak dikunjungi, dan dijamin membuat Anda betah berlama-lama di dalamnya.

Kampung Ende

Terletak di Desa Sengkol, Kecamatan Pujut, Lombok Tengah, atau sekitar 20 menit berkedara dari Bandara Internasional Lombok. Ada 30 rumah adat di kampung ini. Pengunjung bisa memasuki salah satunya, seraya mendengarkan tour guide memberi penjelasan.

Rumah Suku Sasak terdiri dari dua ruangan. Ruang pertama, bersatu dengan dapur, untuk anggota keluarga wanita. Ruang lain untuk anggota keluarga pria. Atap rumah terbuat dari rumbia khas rumah Suku Sasak.

Daya tarik Kampung Ende adalah rumah adat bernama Bale Tani. Lantai rumah terbuat dari kotoran sapi atau kerbau yang dicampur tanah liat. Kotoran kedua bintang itu berfungsi sebagai perekat tanah liat, pengganti semen.

Sebulan sekali lantai dipoles lagi dengan kotoran ternak. Jika tidak, tanah liat akan terkikis dan lantai berdebu saat kemarau.

Dusun Sade

Ini yang paling populer, karena banyak diulas wisatawan dalam dan luar negeri di berbagai situs. Dibanding di Kampung Ende, Dusun Sade menawarkan pengalaman unik kepada wisatawan, yaitu berbaur dengan kehidupan sehari-hari Suku Sasak -- masyarakat asli Pulau Lombok.

Dusun Sade seluas enam hektar dan dihui 152 kepala keluarga (KK). Hampir seluruh warga di kampung ini memiliki hubungan darah antarsepupu.

Seluruh desa sedemikian bersih, dan rumah-rumah tertata rapi. Sebagian besar warga berprofesi sebagai pengrajin tenun ikat khas Lombok dan cideramata.

Di dusun ini wisatawan bisa menyaksikan proses pembuatan kain tenun ikat khas Lombok. Mulai dari pemintalan benang, sampai penenunan dengan alat tenun bukan mesin (ATBM).

Dusun Sade terletak di Desa Rambitan, Kecamatan Pujut, Lombok Tengah, atau di tepi jalan raja Mataram-Lombok Selatan. Konon, desa ini telah berusia 600 tahun, tapi tidak ada bukti arkeologis yang menegaskannya.

Desa Tetebatu

Berwisata ke Gunung Rinjani tidak akan sempurna sebelum singgah di Desa Tetebaru, Kecamatan Sikut, Kabupaten Lombok timur. Desa wisata yang satu ini relatif berbeda, karena menyajikan suasana persawahan dan pegunungan.

Adalah pemerintah Kabupaten Lombok Timur yang menjadikan Desa Tetebatu sebagai desa wisata. Pertimbangannya, Desa Tetebatu punya daya tarik sebagai desa pertanian.

Desa Tetebatu terletak di selatan kaki Gunung Rinjani, di ketinggian 700 meter di atas permukaan laut (mdpl). Udara sekujur desa sejuk dan bebas polusi.

Pengunjung bisa menjelajah Desa Tetebaru dengan trekking, atau berkunjung ke Air Terjun Ulem-ulem dengan ketinggian 10 meter, atau leyeh-leyeh di taman wisata. Pesona Air Terjun Ulem-ulem bukan pada ketinggian, tapi kolam air di bawahnya yang luas dan dijadikan tempat berenang.

Desa Sukarara

Terletak di Kecamatan Jonggot, Lombok Tengah, Desa Sukarara adalah permukiman masyarakat penenun kain khas Lombok. Desa terletak 25 kilometer dari Mataram, dan berada di luar jalan negara. Jika berkunjung ke desa ini sebaiknya menggunakan kendaraan sewaan.

Desa Sukarara terbagi ke dalam dua dusun; Belong Lauk dan Belong Daye. Jadi, ini desa kecil, panorama sekujur desa sangat menarik.

Yang menarik adalah ada kewajiban khusus bagi wanita di desa ini, yaitu harus bisa menenun atau, dalam bahasa Suku Sasak, nyesek. Kewajiban bisa menenun adalah syarat bagi wanita untuk bisa menikah.

Tidak ada yang tahu sejak kapan keharusan itu dimulai. Para tetua desa mengatakan keharusan itu adalah hukum turun-temurun bagi perempuan Desa Sukarara.

Hasil tenun khas Desa Sukarara adalah sarung songket, yang biasa digunakan untuk upacara adat pesat besar atau begawe beleq. Kini, di sekujur desa terdapat banyak toko yang menjual hasil tenun kepada wisatawan.

Pengunjung tidak hanya dilayani untuk membeli, tapi juga sekadar melihat proses penenunan. Wanita penenun, dengan pakaian khas lambung, akan selalu tersenyum menyambut tamu. Ciri khas lain tenunan Desa Sukarara adalah menggunakan benang emas.

Empat desa wisata ini adalah daya tarik lain pariwisata NTB. Keempatnya dipastikan akan kebanjiran pengunjung, setelah kawasan ekonomi khusus (KEK) pariwisata Mandalika terbangun.

Menteri Pariwisata (Menpar) Arief Yahya terus mendesak pengelola KEK Mandalika melakukan percepatan pembangnan kawasan, agar investor datang membangun amenitas. KEK Mandalika adalah satu dari 10 Top Destinasi Prioritas, yang diproyeksikan mendukung target 20 juta wisman tahun 2019.

Admin: Sponsored Content
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
Berita Populer
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas