PDI-P Ingin Jokowi-Ahok Menang Seperti Obama
Joko Widodo atau Jokowi berpasangan Basuki Tjahja Purnama atau Ahok dalam pertarungan perebutan DKI 1
Penulis: Rachmat Hidayat
TRIBUNNEWS.COM--JAKARTA, Sekjen DPP PDI Perjuangan Tjahjo Kumolo Senin (19/3/2012) siang resmi mengabarkan Joko Widodo atau Jokowi berpasangan Basuki Tjahja Purnama atau Ahok dalam pertarungan perebutan DKI 1. Jokowi resmi diusung PDI-P dan Ahok diusung oleh Partai Gerindra.
Bagi PDI Perjuangan, mengusung keduanya adalah target kemenangan. Bahkan, kemenangan seperti Barack Obama yang berhasil menjadi orang nomor satu di negara Paman Sam, Amerika Serikat.
"Ketika Obama pertama kali mencalonkan diri (sebagai calon presiden), banyak yang ragu karena berkulit hitam. Ternyata, menciptakan energi solidaritas, dukungan luar biasa. Demikian pula kami. Mimpi Keindonesiaan kami adalah, setiap warga negara adalah sama," kata Wakil Sekjen DPP PDI Perjuangan, Hasto Kristiyanto
"Kita songsong pemimpinan baru di Jakarta. Kita pakai Neuro Language Program untuk membuktikan pemilih DKI rasional. Hadirnya Jokowi-Ahok, membuat pilkada lebih menarik, mendongkrak partisipasi pemilih," Hasto menegaskan.
Pakar komunikasi politik dari Universitas Pendidikan Indonesia YAI Doktor Ari Junaedi menyatakan, pertarungan pilkada DKI dengan tensi tingkat tinggi. Ketua DPD PD DKI Mayjen TNI (Purn) Nachrowi Ramli akhirnya mengalah, disandingkan dengan Fauzi Bowo.
Kemudian, Mayjen TNI (Purn) Adang Ruchyatna terpaksa legowo untuk melepas peluang dari partainya, memuluskan Wali Kota Solo Jokowi maju. Menariknya lagi, calon dari PKS Triwisaksana terpaksa dimundurkan oleh Dewan Syuro PKS agar tokoh senior yang juga mantan Ketua MPR Hidayat Nurwahid yang maju.
Menurut Ari yang berpengalaman dalam penanganan strategi pemenangan pilkada di sejumlah tempat di tanah air ini, magnitude Jakarta sebagai ibukota sekaligus pusat pemerintahan, menjadikan Jakarta sebagai benteng politik yang harus dikuasai parpol jelang suksesi 2014. Yang jelas, bagi pengajar Pascasarjana Universitas Diponegoro ini, persoalan-persoalan laten Jakarta seperti kemacetan, banjir dan semrawutnya penanganan ibukota hendaknya diprioritaskan partai politik ketimbang meributkan figur.
"Yang mengaku ahlinya saja tak mampu atasi persoalan Jakarta. Yang berlatar belakang militer saja tidak cocok bekerja dengan si ahli, jadi apa yang mau diharap dari calon yang ada? Yang jelas, warga kehendaki pembaruan kepemimpinan di Jakarta. Saatnya Jakarta dipimpin oleh figur yang bersih, muda, dan berpengalaman," urai Ari Junaedi yang juga pengajar di Universitas Indonesia ini.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.