Kenapa Orang Cenderung Percaya Berita Hoax? Berikut Penjelasannya dari Sisi Psikologi
Kita bisa lihat empat alasan kenapa orang mudah percaya berita hoax, tapi sebelumnya kita cari tahu dulu apa itu hoax.
Editor: Hasiolan Eko P Gultom
TRIBUNNEWS.COM - Sebuah fenomena "berbahaya" yang muncul sebelum, saat dan sesudah demo 4 November adalah mudah percayanya seseorang pada berita "hoax".
Bahkan tidak sedikit yang membagikan kembali berita "hoax" tersebut. Kok, bisa?
Zaman sekarang, informasi itu sangat banyak. Kita pun susah membedakan mana yang benar dan salah. Hingga tidak sedikit orang yang mudah percaya dengan berita hoax.
Kenapa ya? Kita bisa lihat empat alasan kenapa orang mudah percaya berita hoax, tapi sebelumnya kita cari tahu dulu apa itu hoax.
Arti 'hoax'
Hoax atau pemberitaan palsu, seperti dilansir Hai-Online adalah usaha untuk menipu atau mengakali pembaca atau pendengarnya untuk mempercayai sesuatu, padahal sang pencipta berita palsu tersebut tahu bahwa berita tersebut adalah palsu.
Satu contoh pemberitaan palsu yang paling umum adalah mengklaim sesuatu barang atau kejadian dengan suatu sebutan yang berbeda dari barang atau kejadian sejatinya.
Suatu pemberitaan palsu berbeda dari misalnya pertunjukan sulap; dalam pemberitaan palsu, pendengar atau penonton tidak sadar sedang dibohongi, sedangkan pada suatu pertunjukan sulap, penonton justru mengharapkan supaya ditipu.
Tapi apa alasan orang lebih mudah percaya berita hoax? Berikut penjelasannya berdasarkan sisi psikologi.
1. Keterbatasan informasi
Kita percaya berita hoax bukan karena kita mudah dibohongi tapi karena keterbatasan arus informasi yang datang.
2. Tingkat popularitas informasi
Ternyata, pemberitaan yang terus menerus dapat membuat manusia jadi tertutup pada kebenaran, lho!
3. Ketertarikan
Kita lebih tertarik dengan berita hoax karena topiknya yang menarik dan unik. Makanya dengan mudah langsung percaya dengan hoax.
4. Confirmation bias
Kalau berita hoax tersebut berkaitan dengan hal yang dipercaya, maka kebohongan akan lebih mudah diterima.
Ade Sulaeman/intisari-online.com/kompas.com