TRIBUNNEWS.COM - Direktur Utama PT Pembiayaan Digital Indonesia (AdaKami) Bernardino Moningka Vega mengatakan, kemampuan membuat keputusan atau pilihan yang bijak, khususnya terkait finansial, menjadi modal penting untuk mencapai masa depan yang lebih baik.
Menurut Bernardino, setiap keputusan finansial yang dibuat akan membawa dampak yang signifikan baik untuk pihak yang membuat keputusan, orang-orang di sekitarnya, bahkan dalam tataran yang lebih luas, bisa pula berdampak pada kondisi perekonomian suatu negara.
”Oleh karena itu, kita perlu untuk bertindak cermat, hati-hati, dan bijaksana dalam mengelola keuangan dan memilah apa yang menjadi kebutuhan dan keinginan, serta bagaimana kita memenuhi keinginan tersebut,” ungkap Bernardino dalam keterangan persnya.
Hal itu disampaikan Bernardino Moningka Vega saat ditemui dalam kegiatan Media Gathering dan Halalbihalal dengan mengusung tema “Pilihan Bijak untuk Masa Depan Lebih Baik”.
Di sisi lain, mengutip data dari situs Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI) per Juli 2023, terdapat credit gap sebesar Rp1.650 triliun. Hal ini lantaran kebutuhan kredit tahunan yang mencapai Rp2.650 triliun, sementara industri jasa keuangan konvensional hanya mampu menopang Rp1.000 triliun. Untuk itulah industri fintech lending, termasuk AdaKami sebagai salah satu penyelenggaranya hadir di Indonesia.
“Kami hadir untuk berkontribusi memenuhi gap antara kebutuhan dan ketersediaan pendanaan yang ada, khususnya di kalangan masyarakat unbanked dan underserved. Selain itu, kami juga memiliki fokus lain yang tidak kalah penting, yaitu kualitas pendanaan yang disalurkan. Hal ini sesuai dengan cita-cita AdaKami sebagai salah satu brand penyelenggara fintech lending lokal, yaitu untuk membantu memenuhi mimpi jutaan masyarakat Indonesia lewat penyediaan akses keuangan berkualitas, khususnya bagi masyarakat unbanked dan underserved,” ujarnya.
Dalam kesempatan yang sama, Brand Manager Adakami Jonathan Kriss menyampaikan hingga 29 April 2024, AdaKami telah menyalurkan pendanaan senilai Rp4,66 triliun. Hal ini merupakan bentuk kontribusi AdaKami untuk membantu dalam memenuhi kebutuhan pendanaan masyarakat.
Selain itu, AdaKami juga berkomitmen untuk bisa terus membantu lebih banyak masyarakat dalam menggapai cita-citanya lewat penyediaan pendanaan yang berkualitas.
Kendati demikian, upaya ini seringkali menghadapi beragam tantangan yang dilakukan oleh pihak-pihak tidak bertanggung jawab yang mencari celah dari masih rendahnya tingkat literasi keuangan dan digital masyarakat.
Jonathan menambahkan, AdaKami menemukan sejumlah modus yang kerap dilakukan untuk mengambil keuntungan secara ilegal dari masyarakat.
Adapun modus yang kerap dilakukan, seperti melakukan pencatutan nama Adakami dan mengklaim bahwa tim AdaKami telah melakukan pengiriman dana ganda, membuat akun media sosial palsu atau mengaku sebagai customer service Adakami dan menyasar pengguna yang mengalami kesulitan pada saat melakukan pembayaran, menyalahgunakan data pribadi, meretas akun pengguna lewat pengiriman kode OTP atau link mencurigakan, menjanjikan hadiah yang menggiurkan, dan lain-lain.
“Semua ini adalah tindakan fraud atau penipuan yang kami temukan dan perlu kita waspadai bersama lewat peningkatan literasi keuangan dan digital. Dengan demikian, kita bisa secara proaktif mengenali ciri- ciri potensi fraud dan menghindarinya,” ujar Jonathan.
Jonathan melanjutkan, untuk membantu meningkatkan kesadaran dan antisipasi masyarakat terhadap upaya fraud, AdaKami secara aktif terus melakukan edukasi dan sosialisasi lewat berbagai saluran, termasuk lewat media sosial seperti unggahan dan IG Live, radio talkshow, juga kegiatan temu langsung dengan masyarakat.
Lewat kegiatan ini, AdaKami juga berharap bisa berkontribusi pada peningkatan literasi keuangan dan digital di Indonesia.
“Selain memaparkan jenis tindakan fraud yang perlu diantisipasi, kami juga menyampaikan informasi terkait hal-hal yang perlu dilakukan jika masyarakat tengah menghadapinya,” katanya.
Sejumlah langkah yang bisa dilakukan antara lain: Pertama, memastikan hanya berkomunikasi atau mencari informasi melalui situs, email, nomor telepon, hingga akun media sosial resmi yang terverifikasi.
Kedua, lebih berhati-hati dan selektif dalam membagikan informasi terkait data pribadi dengan tidak mengunggah data pribadi di media sosial ataupun menyerahkannya kepada pihak-pihak yang belum bisa dipastikan kredibilitasnya.
Ketiga, berhati-hati dengan pihak-pihak yang menawarkan atau mengiming-imingi hadiah menggiurkan dengan syarat mencurigakan seperti keharusan membeli sesuatu, bahkan diminta untuk berhutang demi membeli barang tertentu yang melampaui kemampuan finansial, demi mendapatkan hadiah yang ditawarkan.
Keempat, pada saat memutuskan untuk memanfaatkan layanan keuangan tertentu, pastikan sudah membaca seluruh syarat dan ketentuan yang berlaku serta sudah memiliki rencana pemenuhan kewajiban yang mengikat.
“Jika membutuhkan alternatif pemenuhan kebutuhan finansial seperti pinjaman, pastikan dialokasikan untuk sesuatu yang benar-benar kita butuhkan dan bisa kita pertanggungjawabkan. Jadi, memahami prioritas dan cara pemenuhannya serta profil dan risiko instrumen keuangan yang akan kita manfaatkan memang sangat penting untuk bisa membuat keputusan tepat,” pungkasnya. (*)