News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Komunitas Pedagang Tanah Abang

Serial Area Perdagangan 6: Mendulang Rejeki Kain Sprei dari Tanah Abang

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Siapa tak kenal Pasar Tanah Abang? Pusat grosir tekstil dan produk tekstil terbesar di kawasan Asia Tenggara ini memang memiliki potensi sangat besar bagi para pedagang untuk mengembangkan usahanya.

Dari pasar yang berlokasi dekat dengan jantung ibukota ini, tekstil dan berbagai produknya menyebar luas ke antero wilayah Indonesia bahkan mancanegara seperti kawasan Asia maupun Afrika. Tak heran, jika perputaran uang di Pasar Tanah Abang diperkirakan mencapai triliunan rupiah per harinya. 

Siklus tersebut akan mengalami lonjakan cukup fantastis menjelang Ramadhan dan Idul Fitri dikarenakan pembelian dapat melonjak hingga 30% di banding hari-hari biasa.

Hal ini juga dialami oleh Susanto, pemilik Toko Carlotta di Blok B Basement 1 Los A No. 68-B-97 Pasar Tanah Abang yang memulai usahanya dengan berbisnis jual beli perlengkapan tidur seperti sprei, bed cover, selimut dan matras,di ITC Mangga Dua, Jakarta pada 1998 mengikuti jejak kakaknya yang lebih dulu berdagang sprei.

Akibat lesunya perdagangan di kawasan itu, pada tahun 2008, pria 35 tahun itu pun  memberanikan diri untuk menjajal peruntungan dagangnya di Pasar Tanah Abang dengan menjual barang yang sama.“Prospek untuk bisnis di Pasar Tanah Abang sangat bagus, saya dapat ruangan yang lebih luas, identitas kawasan ini populer dan situasinya pun tidak pernah sepi pengunjung. Ketika mencari barang dengan harga miring, yang terlintas di benak kita pasti Pasar Tanah Abang,” alasannya.

Untuk memasok barang dagangan untuk kedua tokonya, Susanto bekerjasama dengan produsen sprei dari Bandung, khususnya untuk bahan lokal dan dari Guang Zhou, China untuk bahan sprei impor. Dalam sebulan, tercatat tiga hingga empat kali barang kiriman datang dari Bandung dan China dan sekali datang biasanya satu hingga dua kontainer bedcover dan selimut yang berasal dari Bandung hingga impor dari China. Kain untuk bahan sprei bermerk Carlotta, sama dengan nama tokonya itu sangat variatif mulai katun Jepang, tencel, king koil, platinum, dobby hingga katun campuran polyester. 

“Yang membedakan adalah kualitas bahannya. Kalau kualitas lokal, bahannya campuran antara polyester dan katun. Sedangkan kalau bahan impor 100% terbuat dari katun sehingga lebih mahal harganya. Tapi kalau dilihat dari sisi penjualan peminat bahan lokal dan impor seimbang karena ada pasarnya masing-masing,” jelas Susanto.

Beda kualitas, tentu akan  beda harganya. Harga sprei yang ditawarkan Susanto pun beragam, tergantung jenis bahan dan ukurannya.  Yang berbahan lokal paling murah seharga Rp 120.000 hingga Rp 130.000– an, untuk ukuran extra king, sedangkan bahan impor paling murah Rp 175.000 dan untuk ukuran besar dibanderol antara Rp 300.000 hingga Rp 700.000. 

Dalam sebulan, Susanto mampu mengantongi omzet sekitar Rp 2 miliar dari hasil menjual perlengkapan tidur tersebut di Pasar Tanah Abang. Di samping grosiran, Susanto tak menolak jika ada pembeli yang menginginkan membeli secara eceran. Tentu saja dengan selisih harga yang lebih murah jika membeli dalam partai besar.

Seperti pedagang pada umumnya, dalam mengelola usahanya, Susanto juga membutuhkan suntikan dana, utamanya di saat permintaan pasar melonjak seperti halnya menjelang Lebaran. Untuk itulah, nasabah Bank BCA Cabang Mangga Dua yang membuka rekeningnya pada tahun 1998 itu mengantisipasinya dengan memanfaatkan BCA Smartcash.

BCA Smartcash berupa kartu yang berfungsi sebagai penyedia dana pinjaman tanpa agunan untuk berbagai keperluan transaksi bisnis. 
Nasabah Bank BCA dapat memperoleh dana pinjaman Rp 10 juta sampai dengan Rp 100 juta dengan bunga yang sangat ringan, yakni sebesar 1,8% per bulan yang dihitung harian atau 0,06% per harinya.

BCA Smartcash diperuntukkan khusus bagi para nasabah Bank BCA sebagai dana talangan atau tambahan modal untuk membantu usahanya.“Saya memakai BCA Smartcash sejak pertama diluncurkan pada 2010 untuk keperluan dadakan atau sewaktu-waktu dibutuhkan. Kadang pelanggan lama membayar, dana dari BCA Smartcash bisa dipakai dulu untuk melunasi pengambilan dagangan saya supaya bisnis saya tetap berjalan lancar,” tuturnya. 

Menurut Susanto terkadang pembayaran dari pelanggannya dilakukan hingga sebulan setelah barang dikirim dan selain Jabodetabek, pelanggannya  berasal dari daerah lain, seperti Surabaya, Banjarmasin, Samarinda, dan Ujung Pandang.

Untuk memperlancar transaksi di  kedua toko sprei-nya, Susanto juga menggunakan mesin Electronic Data Capture (EDC) BCA. “Saya pasang EDC BCA supaya pelanggan tidak repot membawa uang tunai dalam jumlah besar dan terhindar dari kemungkinan kehilangan uangnya di pasar yang ramai ini. Ada juga yang membayar lewat transfer di ATM BCA karena rata- rata pelanggan saya juga nasabah BCA. Dan kerap menggunakan kartu kredit dan kartu debit BCA untuk bertransaksi di toko saya,” jelasnya. 

BCA Senantiasa di Sisi Anda.

(BERITA BCA)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini